Perkembangan Anak


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Perkembangan anak merupakan suatu proses tumbuh kembang yang seharusnya diperhatikan dengan istimewa oleh para orangtuanya masing-masing. Dengan demikian, anak akan tumbuh dan berkembang dengan memaksimalkan seluruh potensi yang dimilikinya."
Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang. Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka, kelak orangtua akan mengalami penyesalan yang mendalam.

1.2  RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah perkembangan fisik pada masa anak-anak?
2. Bagaimanakah perkembangan motorik pada masa anak-anak?
3. Bagaimanakah perkembangan emosi pada masa anak-anak?
4. Bagaimanakah perkembangan kognitif pada masa anak-anak?
5. Bagaimanakah perkembangan psikososial pada masa anak-anak?

1.3  TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas perkembangan individu adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui perkembangan fisik pada masa anak-anak
2.      Untuk mengetahui perkembangan motorik pada masa anak-anak
3.      Untuk mengetahui perkembangan emosi pada masa anak-anak
4.      Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada masa anak-anak
5.      Untuk mengetahui perkembangan psikososial pada masa anak-anak







BAB II
PEMBAHASAN

            Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai  dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik, emosi, kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikososial serta diikuti oleh perubahan – perubahan yang lain.
2.1 PERKEMBANGAN FISIK
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya. Perkembangan fisik anak ditandai dengan hilangnya ciri-ciri perut yang menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang berkembang lebih cepat daripada kepala mereka. Pada masa ini juga anak-anak mengalami perkembangan yang menunjuk sebelah sisi tubuh, seperti menggunakan tangan yang satu lebih sering dan lebih cepat daripada tangan yang lain. Pada umumnya anak-anak cenderung menggunakan tubuh bagian kanan daripada tubuh bagian kiri. Kecenderungan ini sifatnya bawaan sehingga sulit untuk diubah.
2.2  PERKEMBANGAN MOTORIK
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi.  Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahragayang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
            1.Perkembangan Motorik Kasar
            Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4  tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
            2. Perkembangan Motorik Halus
                        Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.

Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama periode ini, antara lain :
a). Anak Usia 5 Tahun
-        Mampu melompat dan menari
-        Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
-        Dapat menghitung jari – jarinya
-        Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
-        Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
-        Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
-        Mampu membedakan besar dan kecil
b). Anak Usia 6 Tahun
-        Ketangkasan meningkat
-        Melompat tali
-        Bermain sepeda
-        Mengetahui kanan dan kiri
-        Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
-        Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c). Anak Usia 7 Tahun
-        Mulai membaca dengan lancar
-        Cemas terhadap kegagalan
-        Peningkatan minat pada bidang spiritual
-        Kadang Malu atau sedih
d). Anak Usia 8 – 9 Tahun
-        Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
-        Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
-        Ketrampilan lebih individual
-        Ingin terlibat dalam sesuatu
-        Menyukai kelompok dan mode
-        Mencari teman secara aktif.
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun
-   Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh  yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak
-   Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri, dll.
-     Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
-     Mulai tertarik dengan lawan jenis.

2.3  PERKEMBANGAN EMOSI
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
2.3.1. Gangguan Emosional pada Kanak-kanak
Terdapat beberapa gangguan emosional pada masa kanak-kanak yaitu antara lain:
Ø  Gangguan ketakutan
Rasa takut pada anak terhadap sesuatu sehingga terkesan dan sebagai penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan. Antara Iain:
·         Pada suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar rumah;
·         Takut berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang berlebihan dosisnya (overdosis);
·         Tempramen orang dewasa di rumahnya, misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa, baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.
·         DLL.
Anak-anak yang sering mengalami gangguan semacam itu selalu merupakan masalah bagi para psikiater, kurang lebih 20-25% yang menderita gangguan tersebut. Dan hanya sekitar 1 di antara 5 orang anak yang mendapatkan perawatan dengan baik. Gangguan semacam ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut hasil penelitian Pittsburgh diperoleh  bahwa 22% dari 789 anak usia antara 7-11 tahun sering mendapat perawatan dari seorang psikiater yang menyimpulkan masalah pada tahun-tahun pertama (Costello el al, 1988).Dari hasil penelitian lain diperoleh informasi bahwa terdapat 5 – 15% anak yang mengalami gangguan, namun prosentase yang rendah ini mewakili 3-9 juta anak (Knit7.cr,1984; US Department of Health and Human Sendees, USDHHS, 1980). Anak laki-laki di Afrika dan Amerika, dan anak-anak dari keluarga yang tidak mampu, mengalami risiko yang tinggi, karena tekanan hidup dan stres selama hidupnya, akibatnya mereka sering kali mengulang kelas di sekolahhya. Hal ini juga dapat disebabkan karena orang tuanya sering kali bermasalah dengan psikiater (Costello, et. al., 1988). Beberapa masalah kelihatannya berkaitan dengan fase tertentu dalam kehidupan anak dan dibiarkan hilahg dengan sendirinya. namun bagi yang lain memerlukan perawatan yang baik untuk menecegah timbulnya berbagai masalah waktu-waktu yang akan datang.

Ø   Gangguan kecemasan

Berbagai gangguan kecemasan dimulai pada masa kanak-kanak. Gangguan keinginan tersebut dapat berupa gangguan keinginan terpisah dan ketakutan (phobia) sekolah. Gangguan keinginan terpisah dari orang yang terdekat disebabkan berbagai hal yang berbeda-beda dan dnpnt berakibat anak mengalami sakit kepala. sakit perut dan sebagainya. Akan tetapi kondisi semacam ini sangat berbeda di antara anak-anak yang berusia satu atau dua tahun yang mengalami gangguan keinginan terpisah. Anak-anak yang menderita gangguan keinginan semacam ini sering kali tidak mau berteman; dengan kata lain dia suka menyendiri dan selalu peduli terhadao penyakitnya, misalnya sakit kepala, sakit perut. Kondisi semacam ini dapat mempengaruhi anak laki-laki maupun perempuan semenjak kanak-kanak bahkan sampai dewasa usia mahasiswa.

Ø  Takut Sekolah
Suatu ketakutan yang tidak realistik adalah apabila seorang anak tidak mau sekolah, mungkin kondisi semacam ini juga merupakan keinginan terpisah. Ketakutan terhadap guru yang keras atau mendapat tugas  yang berat di sekoiah. Ketakutan anak tersebut adalah wajar, hal in bukannya dLebabkan oleh anak i.Velainkan lingkungan yang tidak kondusif. oleh karena itu suasana seko!ah perlu dirubah. Berkaitan dengan masalar tersebut, apa yang dapat kiti hkukan? Pertama, dijaga jangan sampai anak tersebut suka membolos/meninggalkan kelas. Orang tua mereka tahu bahwa anak-anaknya tidak hadir di sekolah. Namun anak-anak tersebut dapat memperoleh nilai rata-rata,bahkan lebih tinggi daripada temanriya, memiliki intelegensi melebihi rata-rata dan merupakan anak yang baik. Usianya antara 5 sampai 15 tahun dan dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Sekalipun mereka datang dari beibagai keluarga dengan latai belakang yang berbeda, namun orang tuanya cenderung profesional. Orang tua mereka justru lebih menyukai/mencintai mereka dan bukannya suka menekan anak-anaknya; gangguan keinginan tersebut disebabkan oleh periiaku anak itu sendiri. Unsur yang paling penting dalam memperlakukan anak yang takut (phobia”) pada sekolah dapat dimulai sejak dini dan dilakukan secara terus menerus. Apabila perlakuan semacam ini dilakukan secara teratur dan dibimbing dengan baik, maka pada saat kembali ke sekolah anak tersebut tidak akari mengalami kesukaran apapun. Berbagai penelitian yang dilakukan beberapa waktu belakangan ini hasilnya kurang jelas. sekalipun dapat menentukan bahwa perlakuan yang baik dapat menolong anak menyesuaikan diri pada lingkungannya (D.Gordon & Young, 1976).
Ø  Depresi pada masa Kanak-Kanak

            Anak-anak yang mulai sadar akan popularitas sering kali mengatakan, “tidak ada orang seperti saya”. Namun ketika ucapan tersebut ditujukan kepada Kepala Sekolah oleh seorang anak berusia 8 tahun yang kebetulan teman kelasnya telah menuduh dia mencuri dompet gurunya, hal semacam ini merupakan tanda bahaya bagi sekolah. Akibatnya anak tersebut tidak suka dan tidak mau datang lagi ke sekolab karena malu. Untunglah bahwa anak yang tertekan tersebut jarang yang berkepanjangan, walaupun angka bunuh diri pada anak-anak muda meningkat. Gejala-gejala dasar yang mempengaruhi gangguan tersebut  serupa pada masa kanak-kanak hingga dewasa. Pada usia tertentu  terdapat keakraban yang hanya merupakan salah satu tanda dari masa kanak-kanak yang mengalami depresi. Gangguan tersebut juga dapat mengakibatkan anak tidak suka bersenang-senang tidak dapat berkonsentrasi dan menunjukkan berbagai reaksi emosional yang normal. Anak-anak yang mengalami depresi sedikit sekali suka berjalan atau berteriak. Gejala-gejala depresi antara lain:
-          gangguan konsentrasi
-          tidur kurang
-          selera makan kurang
-          mulai berbuat kejelekan di sekolah tidak merasa bahagia
-          selalu mengeluh karena penyakit jasmani yang dideritanya
-          selalu merasa bersalah
-          takut sekolah atau sering kali memikirkan bunuh diri (Malmquist, 1988, Poznanski, 1982).
           Setiap empat atau lima dari gejala-gejala tersebut banyak mendukung suatu diagnosa ada depresi terutama apabila anak menunjukkan perilaku lain tidak seperti anak-anak normal. Pada umumnya orang tua tidak memahami adanya berbagai masalah kecil seperti gangguan waktu tidur, kehilangan nafsu makan, dan sebagainya, namun sering kali anak sendiri dapat menunjukkan adanya gangguan tersebut. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui penyebab timbulnya depresi semacam ini secara tepat. Para orang tua yang memiliki anak yang menderita depresi merasa seakan-akan dia sendiri yang sedang mengalami depresi. Ada yang berpendapat bahwa hal ini merupakan faktor keturunan, ada yang mengatakan bahwa depresi tersebut dikar;nakan adanya stres umum dalam keluarga, atau dikarenakan kurang perhatian orang tua karena mereka juga sedang mengalami gangguan (Weisseman et al, 1987). Anak usia sekolah yang sedang menderita depresi biasanya kurang bergaul dan tidak memiliki kompetisi akademik, namun hal tersebut masih belum jelas penyebabnya apakah kurangnya kompetisi tersebut dikarenakan adanya depresi atau sebaliknya, yaitu depresi akibat tidak kompetennya anak (Blechman, McEnroe, Carella & A’iderte, 1986).
2.3.2 Karakteristik emosi pada anak mencakup :
a.      Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba
b.     Terlihat lebih hebat atau kuat
c.      Bersifat sementara atau dangkal.
d.     Lebih sering terjadi
e.      Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.
f.      Reaksi mencerminkan individualitas
Perkembangan emosi pada anak sebenarnya sulit diukur. Variasi emosi pada anak juga banyak. Variasi ini sangat bergantung dengan kondisi lingkungan anak, jadi emosi itu menentukan respon apa yang diberikan pada lingkungannya. Emosi ini juga kebutuhan, jadi anak perlu untuk memperlihatkan emosinya, bisa dikatakan terpenuhi kebutuhan emosinya jika emosi yang dikeluarkan dapat dikendalikan dengan baik. Ada dua kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi, berikut uraiannya saya kutip langsung dari makalah saya, yang juga diambil dari buku perkembangan anak karya Elizabeth Hurlock:
1.            Peran Pematangan
                        Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relatif kekurangan produksi endokrin yang diperlukan untuk menopang     reaksi fisiologis terhadap stres. Kelenjar adrenalin memainkan peran utama dalam emosi         yang mengecil secara tajam ketika bayi baru lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan membesar dengan pesat saat anak berusia 5 tahun.             Pembesarannya melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar leih pesat lagi         sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahun kelenjar tersebut kembali keukuran     semula seperti pada saat anak lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan            dikeluarkan sampai saat kelenjar itu membesar. Pengaruhnya penting terhadap keadaan       emosional pada masa kanak-kanak.
            2.      Peran Belajar
            Lima jenis kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak-   kanak. Terlepas dari metode yang digunakan, dari segi perkembangan anak harus siap         untuk belajar sebelum tiba saatnya masa belajar. Sebagai contoh, bayi yang baru  lahir             tidak mampu mengekspresikan kemarahan kecuali dengan menangis. Dengan adanya      pematangan system saraf dan otot, anak-anak mengembangkan potensi untuk berbagai             macam reaksi. Pengalaman belajar mereka akan menentukan reaksi potensial mana yang     akan mereka gunakan untuk menyatakan kemarahan.

2.4  PERKEMBANGAN KOGNITIF
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak  usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek  peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
a). Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan –          hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b). Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat       dalam suatu keadaan.
c). Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
a.       Perkembangan Memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu :
o   Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
o   Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
o   Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
o   Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah meori, mereka akan menggunakannya secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.

b. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.

c. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.

d. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.

2.5 PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan  yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial anak menjadi semakin kompleks. Anak sudah siap untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas, yaitu pada saat anak berada di sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing (kompetitif), kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan – peraturan yang berlaku. Dalam hal ini proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan teman sebaya. Identifikasi bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru. Selain itu, anak tidak lagi bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa kompetitif sehingga dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya.
a. Perkembangan Pemahaman Diri
Pada tahap ini, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Ia lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal.
c. Perkembangan Hubungan dengan Keluarga
Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan periode sebelumnya, karena rata-rata anak menghabiskan waktunya di sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di sekolah memberikan suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan ketrampilan sosial.
d. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu. Umumnya mereka meluangkan waktu lebih dari 40% untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan terkadang terdapat duatu grup/kelompok. Anak idak lagi puas bermain sendirian dirumah. Hal ini karena anak mempunyai kenginan kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok.

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak antara lain:
a.FAKTOR DALAM
∙Ras/etnik atau bangsa : Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memilki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya
-Keluarga: Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus
-Umur : Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
-Jenis kelamin : fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki.. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepaT
-Genetik : adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
-Kelainan kromosom : Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
b. FAKTOR LUAR
·         Faktor prenatal
            -Gizi : Nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemester akhir kehamilan akan                                        mempengaruhipertumbuhan janin
            -Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital seperti club foot
            -Toksi/zat kimia :beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan kongenital. Radiasi    Paparan radium dan sinar rontgen dapat kelainan pada janin seperti deformitas anggota gerak
            -Infeksi : Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH dapat menyebabkan             kalainan pada janin, katarak, bisu tuli, retasdasi mental dam kelainan jantung.
            -Kelainan imunologi : Adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu           membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam   peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan         kerusakan jaringan otak
            -Psikologi ibu : Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakukan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain
·         FAKTOR PERSALINAN
            Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan keruskaan jaringan otak
·         FAKTOR PASCASALIN
            -Gizi : untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat
            -Penyakit kronis/kelainan kongenital : tuberkolosis, anemia, kelainan jantung bawaan         mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani
            -Lingkukan fisis dan kimia : Lingkungan sebagai tempat anak hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu mempunya dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
·         PSIKOLOGIS
            Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang             tuanya atau anak yang selalu merasa tertetkan, akan mengalami hambatan di dalam             pertumbuhan dan perkembangannya
·         SOSIO-EKONOMI
            Kemisikinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
·         LINGKUNGAN PENGASUHAN
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak

·         STIMULASI
Pertumbuhan memerlukan rangsang/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

·         OBAT-OBATAN
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghamba pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
Menurut Erik Erikson (1963), ada 4 tahap perkembangan psikosial anak, antara lain:
1.      TRUST vs MISTRUST (dari sejak lahir-1 tahun)
Sikap dasar psikososial yang dipelajari oleh bayi, bahwa mereka dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada kesamaannya dengan ‘trust’ dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya memberikan kasih sayang dengan tulus, anak ajan berpendapat bahwa dunianya (lingkungannya) dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas dan mencurigai lingkungannya
2.      AUTONOMY vs SHAME and DOUBT (antara 1-3 tahun)
Segera setelah anak belajar ‘trust’ atau ‘mistrust’ terhadap orang tuanya, anak akan mencapai suatu derajat kemandirian tertentu. Apabila ‘toddler’ (1,6-3 tahun) mendapat kesempatan dan memperoleh dorongan untuk melakukan yang diinginkan anak dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri, tetapi dengan supervisi orang tua dan guru yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Tetapi apabila orang tua dan guru tidak sabar dan terlalu banyak melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan menimbulkan sikap ragu-ragu terhadap lingkungannya. Sebaiknya orang tua menghindari sikap membuat malu anak apabila anak melakukan tingkah laku yang tidak disetujui orang tua. Karena rasa malu biasanya akan menimbulkan perasaan ragu terhadap kemampuan diri sendiri
3.      INISIATIVE vs GUILT (antara 4-5 tahun)
Kemampuan untuk melakukan partisipasi dala berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. Tetapi tidak semua keinginan anak akan disetujui orang tua dan gurunya. Rasa percaya dan kebebasan yang baru saja diterimanya, tetapi kemudian timbul keinginan menarik rencananya/kemauannya, maka timbul perasaan bersalah.
Apabila anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan dianggap pertanyaan atau apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah.
4.      INDUSTRY vs INFERIORITY (6-11 tahun)
Dimensi polaritasnya adalah: memperoleh perasaan gairah dan di pihak lain mengatasi perasaan rendah diri. Dalam hubungan sosial yang lebih luas, anak menyadari kebutuhan untuk mendapat tempat dalam kelompok seumurnya. Anak harus berjuang untuk mencapai hal tersebut. Bila dalam kenyataannya ia masih dianggap sebagai anak yang lebih kecil baik di mata orang tua maupun gurunya, maka akan berkembang perasaan rendah diri. Anak yang berkembang sebagai anak yang rendah diri, tidak akan pernah menyukai belajar atau melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual. Yang lebih parah, anak tidak akan percaya bahwa ia akan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya.








BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perkembangan anak  merupakan kelanjutan dari masa bayi  yang ditandai  dengan terjadinya perkembangan fisik, perkembangan emosi,perkembangan motorik,perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial serta diikuti oleh perubahan – perubahan yang lain. Dalam perkembangan anak ini, peran orang tua sangat penting sebab anak memang masih di dalam pengawasan orang tua pada usia ini (5-12 tahun).

0 komentar:

Posting Komentar

jam kita . . .

 
welcome to our blog,,ENJOY,,
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

About

Blog ini dibuat dengan kerjasama antara tiga orang mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang bernama Agus Udin Budi Sasongko , Noffita Cahayani, dan Septiani Wulandari.Perpaduan wawasan dan kreativitas kami bertiga dituangkan dalam blog ini. Mungkin Hasilnya sederhana namun kami berharap blog ini bisa bermanfaat dan menghasilkan nilai baik. SEMANGAT DAN SUKSES!!!

my calender. . .

Cuteki cute

Followers

pengunjung


Agus Udin Budi Sasongko

KAMPUSKU TERCINTA UNESA TETAP JAYA