BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Perkembangan anak merupakan
suatu proses tumbuh kembang yang seharusnya diperhatikan dengan istimewa oleh
para orangtuanya masing-masing. Dengan demikian, anak akan tumbuh dan
berkembang dengan memaksimalkan seluruh potensi yang dimilikinya."
Perkembangan anak penting dijadikan perhatian
khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi
kehidupan mereka pada masa mendatang. Jika perkembangan
anak
luput dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka
anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka,
kelak orangtua akan mengalami penyesalan yang mendalam.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimanakah perkembangan fisik pada masa anak-anak?
2.
Bagaimanakah perkembangan motorik pada masa anak-anak?
3.
Bagaimanakah perkembangan emosi pada masa anak-anak?
4.
Bagaimanakah perkembangan kognitif pada masa anak-anak?
5.
Bagaimanakah perkembangan psikososial pada masa anak-anak?
1.3
TUJUAN
Adapun
tujuan pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas perkembangan individu
adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui perkembangan fisik pada masa anak-anak
2. Untuk
mengetahui perkembangan motorik pada masa anak-anak
3. Untuk
mengetahui perkembangan emosi pada masa anak-anak
4. Untuk
mengetahui perkembangan kognitif pada masa anak-anak
5. Untuk
mengetahui perkembangan psikososial pada masa anak-anak
BAB
II
PEMBAHASAN
Periode ini merupakan
kelanjutan dari masa bayi (lahir
– usia 4 th) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik, emosi, kognitif (perubahan dalam sikap,
nilai, dan perilaku), psikososial
serta diikuti oleh perubahan – perubahan yang lain.
2.1 PERKEMBANGAN FISIK
Pertumbuhan
fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak
lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi
terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa
organ tubuh lainnya. Perkembangan fisik anak ditandai dengan hilangnya ciri-ciri perut yang
menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang berkembang lebih cepat daripada
kepala mereka. Pada masa ini juga anak-anak mengalami perkembangan yang
menunjuk sebelah sisi tubuh, seperti menggunakan tangan yang satu lebih sering
dan lebih cepat daripada tangan yang lain. Pada umumnya anak-anak cenderung
menggunakan tubuh bagian kanan daripada tubuh bagian kiri. Kecenderungan ini
sifatnya bawaan sehingga sulit untuk diubah.
2.2 PERKEMBANGAN
MOTORIK
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih
halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari
dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk
memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan
berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk
permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas
permainan olahragayang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
1.Perkembangan
Motorik Kasar
Tugas
perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari,
berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun,
anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat
dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada
usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan
kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba,
seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung
bahaya.
2. Perkembangan
Motorik Halus
Perkembangan
motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik
halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu
objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan
motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian
anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi
suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok
secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada
usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada
masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan
tubuh secara bersamaan,antara lain dapat
dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Beberapa perkembangan motorik
(kasar maupun halus) selama periode ini,
antara lain :
a). Anak Usia 5 Tahun
-
Mampu melompat dan menari
-
Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
-
Dapat menghitung jari – jarinya
-
Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
-
Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
-
Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
-
Mampu membedakan besar dan
kecil
b). Anak Usia 6 Tahun
-
Ketangkasan meningkat
-
Melompat tali
-
Bermain sepeda
-
Mengetahui kanan dan kiri
-
Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
-
Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c). Anak Usia 7 Tahun
-
Mulai membaca dengan lancar
-
Cemas terhadap kegagalan
-
Peningkatan minat pada bidang spiritual
-
Kadang Malu atau sedih
d). Anak Usia 8 – 9 Tahun
-
Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
-
Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
-
Ketrampilan lebih individual
-
Ingin terlibat dalam sesuatu
-
Menyukai kelompok dan mode
-
Mencari teman secara aktif.
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun
- Perubahan
sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh
yang berhubungan dengan pubertas
mulai tampak
- Mampu melakukan
aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri, dll.
-
Adanya keinginan anak
unuk menyenangkan dan membantu orang lain
-
Mulai tertarik dengan
lawan jenis.
2.3 PERKEMBANGAN
EMOSI
Perkembangan pada aspek ini
meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut,
dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat
dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi
yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya,
jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk
menyayangi.
2.3.1. Gangguan Emosional pada Kanak-kanak
Terdapat beberapa gangguan emosional
pada masa kanak-kanak yaitu antara lain:
Ø
Gangguan
ketakutan
Rasa
takut pada anak terhadap sesuatu sehingga terkesan dan sebagai penyebab
ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan. Antara Iain:
·
Pada
suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar
rumah;
·
Takut
berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang
berlebihan dosisnya (overdosis);
·
Tempramen
orang dewasa di rumahnya, misalnya sering dimarahi sehingga anak takut
berhadapan dengan orang dewasa, baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang
lain.
·
DLL.
Anak-anak yang sering mengalami gangguan semacam itu
selalu merupakan masalah bagi para psikiater, kurang lebih 20-25% yang menderita
gangguan tersebut. Dan hanya sekitar 1 di antara 5 orang anak yang mendapatkan
perawatan dengan baik. Gangguan semacam ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Menurut hasil penelitian Pittsburgh diperoleh bahwa 22% dari 789 anak usia antara 7-11 tahun
sering mendapat perawatan dari seorang psikiater yang menyimpulkan masalah pada
tahun-tahun pertama (Costello el al, 1988).Dari hasil penelitian lain diperoleh
informasi bahwa terdapat 5 – 15% anak yang mengalami gangguan, namun prosentase
yang rendah ini mewakili 3-9 juta anak (Knit7.cr,1984; US Department of Health
and Human Sendees, USDHHS, 1980). Anak laki-laki di Afrika dan Amerika, dan
anak-anak dari keluarga yang tidak mampu, mengalami risiko yang tinggi, karena
tekanan hidup dan stres selama hidupnya, akibatnya mereka sering kali mengulang
kelas di sekolahhya. Hal ini juga dapat disebabkan karena orang tuanya sering
kali bermasalah dengan psikiater (Costello, et. al., 1988). Beberapa masalah
kelihatannya berkaitan dengan fase tertentu dalam kehidupan anak dan dibiarkan
hilahg dengan sendirinya. namun bagi yang lain memerlukan perawatan yang baik
untuk menecegah timbulnya berbagai masalah waktu-waktu yang akan datang.
Ø
Gangguan kecemasan
Berbagai gangguan kecemasan dimulai pada masa kanak-kanak.
Gangguan keinginan tersebut dapat berupa gangguan keinginan terpisah dan
ketakutan (phobia) sekolah. Gangguan keinginan terpisah dari orang yang
terdekat disebabkan berbagai hal yang berbeda-beda dan dnpnt berakibat anak
mengalami sakit kepala. sakit perut dan sebagainya. Akan tetapi kondisi semacam
ini sangat berbeda di antara anak-anak yang berusia satu atau dua tahun yang
mengalami gangguan keinginan terpisah. Anak-anak yang menderita gangguan
keinginan semacam ini sering kali tidak mau berteman; dengan kata lain dia suka
menyendiri dan selalu peduli terhadao penyakitnya, misalnya sakit kepala, sakit
perut. Kondisi semacam ini dapat mempengaruhi anak laki-laki maupun perempuan
semenjak kanak-kanak bahkan sampai dewasa usia mahasiswa.
Ø
Takut Sekolah
Suatu
ketakutan yang tidak realistik adalah apabila seorang anak tidak mau sekolah,
mungkin kondisi semacam ini juga merupakan keinginan terpisah. Ketakutan
terhadap guru yang keras atau mendapat tugas yang berat di sekoiah. Ketakutan anak tersebut
adalah wajar, hal in bukannya dLebabkan oleh anak i.Velainkan lingkungan yang
tidak kondusif. oleh karena itu suasana seko!ah perlu dirubah. Berkaitan dengan
masalar tersebut, apa yang dapat kiti hkukan? Pertama, dijaga jangan sampai
anak tersebut suka membolos/meninggalkan kelas. Orang tua mereka tahu bahwa
anak-anaknya tidak hadir di sekolah. Namun anak-anak tersebut dapat memperoleh
nilai rata-rata,bahkan lebih tinggi daripada temanriya, memiliki intelegensi
melebihi rata-rata dan merupakan anak yang baik. Usianya antara 5 sampai 15
tahun dan dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Sekalipun
mereka datang dari beibagai keluarga dengan latai belakang yang berbeda, namun
orang tuanya cenderung profesional. Orang tua mereka justru lebih menyukai/mencintai
mereka dan bukannya suka menekan anak-anaknya; gangguan keinginan tersebut
disebabkan oleh periiaku anak itu sendiri. Unsur yang paling penting dalam
memperlakukan anak yang takut (phobia”) pada sekolah dapat dimulai sejak dini
dan dilakukan secara terus menerus. Apabila perlakuan semacam ini dilakukan
secara teratur dan dibimbing dengan baik, maka pada saat kembali ke sekolah
anak tersebut tidak akari mengalami kesukaran apapun. Berbagai penelitian yang
dilakukan beberapa waktu belakangan ini hasilnya kurang jelas. sekalipun dapat
menentukan bahwa perlakuan yang baik dapat menolong anak menyesuaikan diri pada
lingkungannya (D.Gordon & Young, 1976).
Ø
Depresi
pada masa Kanak-Kanak
Anak-anak yang mulai sadar akan
popularitas sering kali mengatakan, “tidak ada orang seperti saya”. Namun
ketika ucapan tersebut ditujukan kepada Kepala Sekolah oleh seorang anak
berusia 8 tahun yang kebetulan teman kelasnya telah menuduh dia mencuri dompet
gurunya, hal semacam ini merupakan tanda bahaya bagi sekolah. Akibatnya anak
tersebut tidak suka dan tidak mau datang lagi ke sekolab karena malu. Untunglah
bahwa anak yang tertekan tersebut jarang yang berkepanjangan, walaupun angka
bunuh diri pada anak-anak muda meningkat. Gejala-gejala dasar yang mempengaruhi
gangguan tersebut serupa pada masa
kanak-kanak hingga dewasa. Pada usia tertentu
terdapat keakraban yang hanya merupakan salah satu tanda dari masa
kanak-kanak yang mengalami depresi. Gangguan tersebut juga dapat mengakibatkan
anak tidak suka bersenang-senang tidak dapat berkonsentrasi dan menunjukkan
berbagai reaksi emosional yang normal. Anak-anak yang mengalami depresi sedikit
sekali suka berjalan atau berteriak. Gejala-gejala depresi antara lain:
-
gangguan
konsentrasi
-
tidur
kurang
-
selera
makan kurang
-
mulai
berbuat kejelekan di sekolah tidak merasa bahagia
-
selalu
mengeluh karena penyakit jasmani yang dideritanya
-
selalu
merasa bersalah
-
takut
sekolah atau sering kali memikirkan bunuh diri (Malmquist, 1988, Poznanski,
1982).
Setiap empat atau lima dari gejala-gejala
tersebut banyak mendukung suatu diagnosa ada depresi terutama apabila anak
menunjukkan perilaku lain tidak seperti anak-anak normal. Pada umumnya orang
tua tidak memahami adanya berbagai masalah kecil seperti gangguan waktu tidur,
kehilangan nafsu makan, dan sebagainya, namun sering kali anak sendiri dapat
menunjukkan adanya gangguan tersebut. Tidak ada seorang pun yang dapat
mengetahui penyebab timbulnya depresi semacam ini secara tepat. Para orang tua
yang memiliki anak yang menderita depresi merasa seakan-akan dia sendiri yang
sedang mengalami depresi. Ada yang berpendapat bahwa hal ini merupakan faktor
keturunan, ada yang mengatakan bahwa depresi tersebut dikar;nakan adanya stres
umum dalam keluarga, atau dikarenakan kurang perhatian orang tua karena mereka
juga sedang mengalami gangguan (Weisseman et al, 1987). Anak usia sekolah yang
sedang menderita depresi biasanya kurang bergaul dan tidak memiliki kompetisi
akademik, namun hal tersebut masih belum jelas penyebabnya apakah kurangnya
kompetisi tersebut dikarenakan adanya depresi atau sebaliknya, yaitu depresi
akibat tidak kompetennya anak (Blechman, McEnroe, Carella & A’iderte,
1986).
2.3.2 Karakteristik
emosi pada anak mencakup :
a. Berlangsung
singkat dan berakhir tiba-tiba
b. Terlihat
lebih hebat atau kuat
c. Bersifat
sementara atau dangkal.
d. Lebih
sering terjadi
e. Dapat
diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.
f. Reaksi
mencerminkan individualitas
Perkembangan
emosi pada anak sebenarnya sulit diukur. Variasi emosi pada anak juga banyak. Variasi ini sangat bergantung dengan
kondisi lingkungan anak, jadi emosi itu menentukan respon apa yang diberikan
pada lingkungannya. Emosi ini juga kebutuhan, jadi anak perlu untuk
memperlihatkan emosinya, bisa dikatakan terpenuhi kebutuhan emosinya jika emosi
yang dikeluarkan dapat dikendalikan dengan baik. Ada dua kondisi yang
mempengaruhi perkembangan emosi, berikut uraiannya saya kutip langsung dari
makalah saya, yang juga diambil dari buku perkembangan anak karya Elizabeth Hurlock:
1.
Peran Pematangan
Perkembangan kelenjar
endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relatif kekurangan produksi endokrin yang diperlukan
untuk menopang reaksi fisiologis
terhadap stres. Kelenjar adrenalin memainkan peran utama dalam emosi yang mengecil secara tajam ketika bayi
baru lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai
membesar lagi, dan membesar dengan pesat saat anak berusia 5 tahun. Pembesarannya melambat pada usia 5
sampai 11 tahun, dan membesar leih pesat lagi sampai
anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahun kelenjar tersebut kembali keukuran semula seperti pada saat anak lahir. Hanya
sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan
sampai saat kelenjar itu membesar. Pengaruhnya penting terhadap keadaan emosional pada masa kanak-kanak.
2.
Peran Belajar
Lima jenis kegiatan belajar turut
menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak- kanak. Terlepas dari metode yang digunakan, dari segi perkembangan
anak harus siap untuk belajar
sebelum tiba saatnya masa belajar. Sebagai contoh, bayi yang baru lahir tidak mampu mengekspresikan
kemarahan kecuali dengan menangis. Dengan adanya pematangan system saraf dan otot, anak-anak mengembangkan
potensi untuk berbagai macam
reaksi. Pengalaman belajar mereka akan menentukan reaksi potensial mana yang akan mereka gunakan untuk menyatakan
kemarahan.
2.4 PERKEMBANGAN
KOGNITIF
Dalam keadaan normal,
pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada
periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,
maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih
konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga
anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Menurut teori Piaget,
pemikiran anak – anak usia sekolah dasar
disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya
aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya
memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang
bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk
membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa
ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi –
operasi, yaitu :
a). Negasi (Negation),
yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan – hubungan antara benda atau keadaan
yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b). Hubungan Timbal
Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
c). Identitas, yaitu
anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi
dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa
melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah
memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan
suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
a.
Perkembangan Memori
Selama
periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan
tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai
adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut,
anak berusaha menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan
perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994)
menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu :
o
Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi
meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah
disampaikan.
o
Organization (Organisasi) :
Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan
memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut
susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
o
Imagery (Perbandingan) : Membandingkan
sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
o
Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses
mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu
isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah meori, mereka
akan menggunakannya secara spontan.
Selain
strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori
anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan
motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.
b.
Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu
pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan
pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi
yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan
evaluatif.
c. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan
bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat
bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang
kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan
kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan
tata bahasa secara tepat.
2.5 PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL
Pada tahap ini, anak
dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia
psikosial anak menjadi semakin kompleks. Anak sudah siap untuk meninggalkan
rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas, yaitu pada saat anak berada di
sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing
(kompetitif), kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia
kawan dan belajar peraturan – peraturan yang berlaku. Dalam hal ini proses
sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan teman sebaya. Identifikasi bukan
lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru. Selain itu, anak tidak lagi
bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa kompetitif sehingga dapat memilah
apa yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan mulai
melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya.
a. Perkembangan
Pemahaman Diri
Pada tahap ini,
pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Ia
lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui
karakteristik eksternal.
c. Perkembangan
Hubungan dengan Keluarga
Dalam hal ini, orang
tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka berkurang
dari waktu ke waktu dibandingkan dengan periode sebelumnya, karena rata-rata
anak menghabiskan waktunya di sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di
sekolah memberikan suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan
kemampuan kognitif dan ketrampilan sosial.
d. Perkembangan
Hubungan dengan Teman Sebaya
Berinteraksi dengan
teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu. Umumnya mereka
meluangkan waktu lebih dari 40% untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan
terkadang terdapat duatu grup/kelompok. Anak idak lagi puas bermain sendirian
dirumah. Hal ini karena anak mempunyai kenginan kuat untuk diterima sebagai
anggota kelompok.
Pada
umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan
hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak
antara lain:
a.FAKTOR DALAM
∙Ras/etnik atau bangsa
: Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memilki faktor
herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya
-Keluarga: Ada kecenderungan
keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus
-Umur : Kecepatan
pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa
remaja.
-Jenis kelamin : fungsi
reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki..
Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih
cepaT
-Genetik : adalah
bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa
kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
-Kelainan kromosom :
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
b. FAKTOR LUAR
·
Faktor prenatal
-Gizi : Nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemester
akhir kehamilan akan mempengaruhipertumbuhan janin
-Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan
kongenital seperti club foot
-Toksi/zat kimia :beberapa
obat-obatan dapat menyebabkan kelainan kongenital. Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat
kelainan pada janin seperti deformitas anggota gerak
-Infeksi : Infeksi pada trimester
pertama dan kedua oleh virus TORCH dapat menyebabkan kalainan pada janin, katarak, bisu tuli, retasdasi mental
dam kelainan jantung.
-Kelainan imunologi : Adanya
perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan kerusakan
jaringan otak
-Psikologi ibu : Kehamilan yang
tidak diinginkan, perlakukan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan
lain-lain
·
FAKTOR PERSALINAN
Komplikasi persalinan pada bayi
seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan keruskaan jaringan otak
·
FAKTOR PASCASALIN
-Gizi : untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan
yang adekuat
-Penyakit kronis/kelainan kongenital : tuberkolosis,
anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani
-Lingkukan fisis dan kimia :
Lingkungan sebagai tempat anak hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar
anak. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnnya sinar matahari, paparan
sinar radioaktif, zat kimia tertentu mempunya dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
·
PSIKOLOGIS
Hubungan anak dengan orang
sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa
tertetkan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan
dan perkembangannya
·
SOSIO-EKONOMI
Kemisikinan selalu berkaitan dengan
kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
·
LINGKUNGAN PENGASUHAN
Pada
lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang
anak
·
STIMULASI
Pertumbuhan
memerlukan rangsang/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan
alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain
terhadap kegiatan anak.
·
OBAT-OBATAN
Pemakaian
kortikosteroid jangka lama akan menghamba pertumbuhan, demikian halnya dengan
pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya
produksi hormon pertumbuhan.
Menurut Erik Erikson (1963), ada 4 tahap perkembangan
psikosial anak, antara lain:
1.
TRUST vs MISTRUST (dari sejak lahir-1 tahun)
Sikap dasar psikososial yang dipelajari oleh bayi, bahwa mereka
dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya
pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada
kesamaannya dengan ‘trust’ dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang
tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya
memberikan kasih sayang dengan tulus, anak ajan berpendapat bahwa dunianya
(lingkungannya) dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan
yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi kebutuhan
dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas
dan mencurigai lingkungannya
2.
AUTONOMY vs SHAME and DOUBT (antara 1-3 tahun)
Segera setelah anak belajar ‘trust’ atau ‘mistrust’ terhadap
orang tuanya, anak akan mencapai suatu derajat kemandirian tertentu. Apabila
‘toddler’ (1,6-3 tahun) mendapat kesempatan dan memperoleh dorongan untuk
melakukan yang diinginkan anak dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri,
tetapi dengan supervisi orang tua dan guru yang bijaksana, maka anak akan
mengembangkan kesadaran autonomy. Tetapi apabila orang tua dan guru tidak sabar
dan terlalu banyak melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan menimbulkan
sikap ragu-ragu terhadap lingkungannya. Sebaiknya orang tua menghindari sikap
membuat malu anak apabila anak melakukan tingkah laku yang tidak disetujui
orang tua. Karena rasa malu biasanya akan menimbulkan perasaan ragu terhadap
kemampuan diri sendiri
3.
INISIATIVE vs GUILT (antara 4-5 tahun)
Kemampuan untuk melakukan partisipasi dala berbagai kegiatan
fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan.
Tetapi tidak semua keinginan anak akan disetujui orang tua dan gurunya. Rasa
percaya dan kebebasan yang baru saja diterimanya, tetapi kemudian timbul
keinginan menarik rencananya/kemauannya, maka timbul perasaan bersalah.
Apabila anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk menjelajahi
dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru
memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih
banyak mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya.
Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan dianggap pertanyaan
atau apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa
bersalah.
4.
INDUSTRY vs INFERIORITY (6-11 tahun)
Dimensi polaritasnya adalah: memperoleh perasaan gairah dan di
pihak lain mengatasi perasaan rendah diri. Dalam hubungan sosial yang lebih
luas, anak menyadari kebutuhan untuk mendapat tempat dalam kelompok seumurnya.
Anak harus berjuang untuk mencapai hal tersebut. Bila dalam kenyataannya ia
masih dianggap sebagai anak yang lebih kecil baik di mata orang tua maupun
gurunya, maka akan berkembang perasaan rendah diri. Anak yang berkembang
sebagai anak yang rendah diri, tidak akan pernah menyukai belajar atau
melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual. Yang lebih parah, anak tidak
akan percaya bahwa ia akan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan anak
merupakan kelanjutan dari masa bayi yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, perkembangan emosi,perkembangan motorik,perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial serta diikuti oleh perubahan – perubahan
yang lain. Dalam perkembangan anak ini, peran orang tua sangat
penting sebab anak memang masih di dalam pengawasan orang tua pada usia ini
(5-12 tahun).