TEORI KONSELING EKSISTENSIAL


BAB II
PEMBAHASAN
     I.               PERSPEKTIF HISTORIS

Konseling eksistensial dikenal sebagai suatu filosofi alih-alih model perlakuan. Pendekatan ini mulai berkembang di daratan Eropa pada tahun 1940 sampai dengan 1950 dan dipicu oleh berbagai peritiwa sosial, politik (khususnya perang dunia yang menyebabkan banyak orang mengalami alinansi dan ketidakbermaknaan), serta oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada tahun-tahun tersebut.

  II.               KONSEPSI TENTANG MANUSIA
Para ahli dan praktisi KE memandang manusia sebagai ciptaan yang sulit untuk dimengerti , para eksistensialis mengemukakan keyakinannya tentang sifat dasar manusia manusia dalam istilah kondisi manusia yang meliputi pokok-pokok ajaran sebagai berikut:
·         Manusia tak bisa menghindari ketiaadaan atau kematian. Ketiadaan atau kematian merupakan  suatu peristiwa hidup yang tak mungkin bisa dihindari oleh setiap manusia dan makhluk hidup lainnya, betapapun cerdasnya manusia . Kematian (dan ketakutan akan kematian tersebut) menyyebabkan manusia dihinggapi perasaan tak berdaya.
·         Sendirian/ teralisasi .Para eksistensial memiliki kayakinan bahwa tak seorangpun yang benar-benar dapat memahami diri kita fisik maupun mental (perasaan dan pikiran kita ) . Tak seorangpun dapat menyelamatkan kita darin kematian dan dari berbagai bentuk kehilangan. Kita sering mengingatkan diri dengan dan menjadi tergantung pada orang lain sebagai upaya untuk melakukan perasaan sendirian dan teralinasi. Perasaan teralinasi ini membuat kita menjadi merasa kesepian , hampa dan tak bermakna.
·         Tak berdaya/ tak berdaya manusia sering kali tak berdaya dan tak bermakna. Kepastian dalam hidup manusia hanyalah lahir dan mati. Dibalik itu, hidup lebih tampak menyerupai proses yang berjalan secara acak, tidak pasti dan hanya manusia itu sendiri yang dapat memahaminya. Dalam kondisi seperti itu manusia mudah tergoda untuk mengakhiri hidupnya.
·         Rasa cemas dan rasa bersalah. Perasaan cemas- disebut kecemasan eksistensial – meruapakan keadaan yang tak tidak dapak dihindari oleh manusia. Kecemasan merupakan perasaan gelisa yang mendalam yang muncul dari kesadaran manusia pasa suatu waktu berkenaan dengan beberapa fakta. Keberadaan manusia bersifat terbatas , pada akhirnya mereka akan mati dan tidak ada tujuan hidup. Manusia akan dihinggapi rasa bersalah jika gagal memenuhi tanggung jawab untuk membuat hidupnya menjadi berharga, bermakna dan tak dapat menjadi orang seperti yang diinginkannya.

Meskipun tampak menyajikan sisi gelap dari gambaran hidup manusia, para eksistensialis adalah kaum humanis. Mereka juga memiliki pandangan yang optimis dan mengakui bahwa semua manusia.memiliki potensi untukn menagani kondsii-kondisi tersebut dan membuat hidupnya menjadi bermakna.

III.               SISTEM TEORI
a.       Perkembangan Gangguan Emosional
Konseling eksistensial memperdebatkan pentingnya tahun-tahun awal (masa kanak-kanak) dalam mempengaruhi perkembanngan manusia, hubungan orang tua anak, dan ketidaksdaran, tetapi lebih memusatkan perhatian pada upaya mempertalikan factor-faktor tersebut dengan masalah-masalah eksistensial. Menurut Frankl, kesulitan sering kali disebabkan oleh pola asuh orang tua yang tidak menekankan pada kebebasan terhadap anak-anak mereka. Gangguan emosioanal pada dasarnya disebabakna oleh kegagalan manusia dalam menangnani isu-isu keberadaan (eksistensial) seperti kematian, alinasi, ketidakbermaknaan, rasa bersalah dan rasa kecemasan. Para konselor dalam prakteknya memberikan perhatian pada perkembangan sepanjang hayat kehidupan dan tidak membatasi hanya pada masa anak seperti hanya konselor psikoanalisa.

b.      Mengalami pada saat sekarang
Dapat mengalami situasi saat ini menyatakan bahwa manusia itu ada , memiliki kesadaran , dan bertanggung jawab bagi keberadaannya sendiri. Meskipun tampak kompleks dan sukar untuk di pahami tetapi konsep desain tampak merefleksikan kemampuan manusia untuk secara simultan dapat hidup pada saat ini, sadar dan mengambil tanggung jawab untuk membuat hidupnya lebih bermakna.

c.       Konsep kesehatan mental
Menurut Vontress, Manusia yang sehat mentalnya adalah mereka yang berada dalam seimbang dengan dirinya sendiri, dengan teman, dengan keluarga, dengan lingkungan fisik dan dengan spiritualitasnya. Mereka dapat mampu menyesuaikan perilakunya secara tepat dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam hal ini , teori eksistensial menekankan pentingnya manusia menyatukan dirinya dengan lingkungannya, karena jika ingin menjadi orang yang bermental sehat maka mereka harus mampu mengatur atau menata kehidupannya sendiri dan tidak menempatkan dirinya menjadi korban lingkunagn atau di kendalikan oleh nasib. Manusia hanya benar-benar menjadi manusia hanya jika ia sanggup membuat pilihan atau keputusan. Betapapun sulitnya hidup yang sedang di hadapainya, meraka harus membuat pilihan. Setiap manusia dipandang memiliki potensi untuk menangani beberapa kondisi bawaanya dan membuat hidupnya menjadi lebih bermakna.


d.      Potensi Manusia
Para eksistensialis memiliki keyakinan bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk menganani beberapa kondisi bawaanya dan membuat hidupnya menjadi lebih bermakna. Potensi tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Kesadaran. setiap manusia memiliki kemampuan untuk menyadari dirinya dan lingkungannya. Semakin besar kesadarannya , semakin banyak kemungkinan dan peluang keberhasilan untuk menangani ketakutan dan kecemasannya.
2.      Keautentikan. Orang autentik memiliki cirri-ciri berikut : menyadari dirinya dan hubungannya dengan lingkunganya, mampu membuat pilihan dan menmyadari bahwa keputusan merupakan konsekuensi yang tak bisa dihindari, mengambil tanggung jawab untuk membuat pilihan, mengakui bahwa ketidaksepurnaan kesadaran.
3.      Kebebasan dan tanggung jawab. Jika manusia mau mengakui bahwa dirinya memiliki kebebasan, maka di manapun mereka berada, mereka mempunyai tanggung jawab.
4.      Aktualisasi diri. Konseling eksistensial memandang manusia mempunyai kemampuan untuk mengaktualisasikan dirinya. Manusia yang gagal mencapai aktualisasi diri berpotensi dihinggapi perasaan malu, bersalah dan cemas serta persepsi hidupnya tak bermakna.
5.      Memaknakan hidup. Setiap manusia termotivasi untuk membuat hidupnya menjadi bermakna. Untuk memaknakan hidupnya, manusia harus memiliki keinginan untuk hidup, tidak merusak diri dan mau mencintai diri sendiri, dan orang lain bahkan lingkungan fisiknya.

IV.               IMPLEMENTASI
1.      Tujuan Konseling
Tujuan mendasar KE adalah membantu manusia menemukan nilai, makna, tujuan dalam hidup mereka sendiri. Program perlakuan tidak perlu secara khusus diarahkan pada perubahan perilaku atau meniadakan gejala. Dengan kata lain, konselor KE tidak memiliki tujuan untuk merawat atau mengobati konseli, tetapi membantu mereka agar menjadi lebih menyadari tentang apa yang sedang mereka lakukan, dan untuk membantu mereka keluar dari posisi peran sebagai korban dari kondisi hidupnya. Konseling KE juga diarahkan untuk membantu konseli agar menjadi lebih sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak.

2.      Proses konseling
Dalam proses konseling Konselor mendorong kebebasan dan tanggung jawab, konseli untuk menagani kecemasan dan mendorong munculnya pilihan-pilihan yang bermakna. Untuk menekankan kebebasan pribadi konselor perlu mengekspresikan niali-nilai dan keyakinannya memberikan arahaan mengunakan humor dan memberikan sugesti tetapi tetap memberikan kebebasan pada konseli untuk memilih sendiri mana yang akan di pilih diantara alternative yang telah diberikan.
Untuk dapat memahami sepenuhnya perasaan dan pikiran konseli tentang isu-isu kematian, isolasi dan rasa bersalah. Konselor perlu melibatkan dirinya secara penuh da;lam kehidupan konseli. Untuk memahami kondisi seperti itu, konselor harus mengkomunikasikan empati, respect atau penghargaan.
Konseling eksistensial tidak memusatkan perhatian pada masalah atau pada krisis tetapi lebih menekankan pada usaha membangun hubungan yang mendalam. Proses konseling pada umumnya dimulai oleh pemahaman konselor terhadap konseli dan keasadaran konseli tentang diri dan lingkungannya. Konselor mendorong konseli untuk berbicara tentang nilai-nilai , keyakinan, dan asumsi-asumsi yang mereka pegang, sejarah dan latar belakang kehidupannya, dan pilihan-pilihan yang telah mereka buat disamping pilihan-pilihan yang tidak dapat mereka buat. Fase pertengahan dalam proses perlakuan memungkinan konseli untuk menggunakan informasi yang telah mereka peroleh guna menemukan maknahidupnya, mengembangkan tujuan, dan nilai-nilai kehidupannya. Bantuan konseling dapat diakhiri atau dihentikan jika konseli telah mampu mengimplementasikan kesadaran tentang diri mereka dan mengarahkan dirinya untuk mencapai hidup yang lebih bermakna. Kondisi ini memungkinkan konseli menemukan jalan untuk mengaktualisasi diri.

3.      Teori Konseling
a.       Menghayati Keberadaan
Konselor perlu berusaha untuk memperoleh pemahaman yang sepenuhnya bukan hanyaterhadap dunia objektif konseli tetapi juga dunia subjektif mereka. Konselor perlu memusatkan perhatian pada interaksi dari ketiga bentuk keberadaan tersebut (keberadaan di dalam dunia fisik, keberadaan di dalam hubungan interpersonal, keberadaan di dalam dunia psikologis dan pribadi).
b.      Pengalaman Pertumbuhan Simbolik
Symbolic Growth Experience (SGE) merupakan suatu bentuk interpretasi dan pengakuan sadar tentang dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi.
c.       Konseling Logo dan Keinginan yang Bertentangan
Konseling logo adalah suatu model konseling yang menekankan pada penemuan makna. Melalui konseling logo, Frankl membantu konseli untuk mengakui kebutuhan mereka akan makna, menumbuhkan kesadaran dan pengakuan bahwa semua manusia dapat membuat makna dalam kehidupannya sendiri, dan membantu merekan guna menemukan tujuan dan makna dalam hidupnya.
d.      Derefleksi
Derefeleksi merupakan salah satu teknik KE yang dikembangkan oleh Frankl sebagai salah satu bentuk intervensi paradoksial untuk membantu konseli menangani perasaan tidak bermakna.

  V.               KRITIK TERHADAP KONSELING EKSISTENSIAL
Salah satu kritik terhadap psikologi eksistensial adalah ketika psikologi telah diperjuangkan untuk dapat membebaskan diri dari dominasi filsafat, justru psikologi eksistensial secara terang-terangan menyatakan kemuakkannya terhadap positivisme dan determinisme. Para psikolog di Amerika yang telah memperjuangkan kemerdekaan psikologi dari filsafat jelas menentang keras segala bentuk hubungan baru dengan filsafat. Banyak psikolog merasa bahwa psikologi eksistensial mencerminkan suatu pemutusan yang mengerikan dengan jajaran ilmu pengetahuan, karena itu membahayakan kedudukan ilmu psikologi yang telah diperjuangkan dengan begitu susah payah.
Salah satu konsep eksistensial yang paling ditentang oleh kalangan psikologi “ilmiah” ialah kebebasan individu untuk menjadi menurut apa ynag diinginkannya. Jika benar, maka konsep in sudah pasti meruntuhkan validitas psikologi yang berpangkal pada konsepsi tengtang tingkah laku yang sangat deterministic. Karena jika manusia benar-benar bebas menentukan eksistensinya, maka seluruh prediksi dan control akan menjadi mustahil dan nilai eksperimen menjadi sangat terbatas. (Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner, 1993).
Banyak psikolog dan sarjana psikologi baik dalam maupun luar negeri mempertanyakan keberadaan analisis eksistensial. Yang mereka pertanyakan menyangkut dasar-dasar ilmiah dari analisis eksistensial. Psikologi sebagai ilmu telah lama diupayakan untuk melepaskan diri dan berada jauh dari filsafat. Psikologi harus merupakan suatu science (ilmu pasti alami) yang independent. Padahal, analisis eksistensial mengeritik ilmu (science) dan mengambil manfaat dari filsafat (fenomenologi dan eksistensialisme).














BAB III
PENUTUP

I.                   KESIMPULAN

Psikologi eksistensial adalah ilmu pengetahuan empiris tentang eksistensi manusia yang menggunakan metode analisis fenomenologis. psikologi eksistensial bertentangan dengan pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-ilmu pengetahuan alam dalam psikologi. Psikologi eksistensial mengganti konsep kausalitas dengan konsep motivasi.
Psikologi eksistensi tidak mengkonsepsikan tingkah laku sebagai akibat dari perangsang dari luar dan kondisi-kondisi badaniah dalam manusia. Konsep eksistensial perkembangan yang paling penting adalah konsep tentang menjadi. Eksistensi tidak pernah statis, tetapi selalu berada dalam proses menjadi sesuatu yang baru, mengatasi diri sendiri. Tujuannya adalah untuk menjadi manusia sepenuhnya, yakni memenuhi semua kemungkinan Dasein.

2 komentar:

farryaquick mengatakan...

Casinos Near Casinos in New Jersey - MapyRO
Casinos Near Casinos in New 광명 출장샵 Jersey · Casimba Resort and Casino · Golden Nugget Casino 양주 출장마사지 Resort & Spa · Harrah's 화성 출장마사지 Resort 여주 출장마사지 Casino Resort 통영 출장마사지 Atlantic City

Unknown mengatakan...

Top 10 best slots casinos for 2021 - SOL.EU
Best Slots Casino: Best wooricasinos.info Real Money ford fusion titanium Slots Sites 2021 · Red Dog Casino: Best 1xbet korean Overall https://sol.edu.kg/ Slots Casino For USA www.jtmhub.com Players · Ignition Casino: Best Casino For Roulette

Posting Komentar

jam kita . . .

 
welcome to our blog,,ENJOY,,
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

About

Blog ini dibuat dengan kerjasama antara tiga orang mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang bernama Agus Udin Budi Sasongko , Noffita Cahayani, dan Septiani Wulandari.Perpaduan wawasan dan kreativitas kami bertiga dituangkan dalam blog ini. Mungkin Hasilnya sederhana namun kami berharap blog ini bisa bermanfaat dan menghasilkan nilai baik. SEMANGAT DAN SUKSES!!!

my calender. . .

Cuteki cute

Followers

pengunjung


Agus Udin Budi Sasongko

KAMPUSKU TERCINTA UNESA TETAP JAYA