A. Perubahan Sosial Dan
Aplikasinya
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat
yang tidak dapat dielakkan merupakan bagian dari masyarakat yang sebagai akibat
dari industrialisasi dan penerapan teknologi modern berbagai lapangan
kehidupan.
Sebelumnya
merupakan perubahan kecil saja dalam struktur masyarakat, yang terjadi secara
bertahap, sehingga keluarga dapat menyesuaikan diri.
Bila
ada stress dalam interaksi dalam keluarga, gangguan dan kesukaran dalam
emosional dapat diperlunak oleh norma yang stabil bagi peran keluarga.
Pola
hidup, struktur dan fungsi keluarga berpengaruh dalam ekonomi sosial dalam
sosial di mastarakat.
Ciri yang menonjol di negara berkembang
adalah terjadinya perubahan yang berlangsung dengan sangat cepat dalam peri
kehidupan masyarakatnya. Namun demikian penerapan yang tidak tepat guna dapat
menimbulkan disintegrasi sosial dan konflik.
Industrialisasi
hanya “alat” untuk mencapai tujuan yang fundamental untuk mencapai standar
kehidupan dan kesehatan yang lebih baik.
B.
Kebutuhan Program
Kesehatan Mental
Freud mendefinisikan kesehatan mental
sebagai kemampuan untuk mencintai dan bekerja. Bennett (1987) mengartikan kerja
adalah kegiatan yang mencakup 3-S yaitu status, salary, dan success. Ia
menganggap bekerja itu sendiri tidak mempunyai efek terapi namun yang penting
adalah peranan sosial yang didapat sebagai penerima kerja.
Sebagai pertimbangan dalam penetapan
suatu keadaan kesehatan mental, (Johada, 1958) mengemukakan 5 kriteria yaitu :
1.
Tidak didapat tanda-tanda
sakit jiwa,
2.
Perilaku yang normal,
3.
Penyesuaian terhadap
lingkungan,
4.
Kepribadian yang utuh, dan
5.
Presepsi yang benar mengenai
realitas.
Hal
ini mengacu pada berbagai pengertian kesehatan mental yang efektif dan
komprehensif adalah suatu keharusan. Kita semua membutuhkan suatu kesehatan
mental sejalan dengan prinsip healthy for all, dalam pengertian
kesehatan itu juga mencakup kesehatan mental masyarakat.
Kita
harus dapat menjawab bagaimana cara memberikan pelayanan yang bukan hanya
pencegahan, perawatan pengobatan, rehabilitasi penderita mental, melainkan juga
dapat memberi pelayanan kepada masyarakat agar tumbuh kembang secara normal.
C.
Strategi Perencanaan
Suatu program kesehatan mental masyarakat
dapat dapat dikatakan komprehensif dan efektif apabila :
1.
Program tersebut menjangkau
semua anggota masyarakat yang dilayani dan adanya pengobatan yang kuat bagi
setiap anggota masyarakat yang memerlukan.
2.
Program mencakup
elemen-elemen yang dapat meningkatkan perwujudan diri. Dari seluruh warga
masyarakat; karena kesehatan mental merupakan realisasi dan kapasitas setiap
orang.
3.
Program mencakup
kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk mencegah gangguan mental dan emosional
sejak lahir.
D.
Jangka waktu Perencanaan
Penanganan kesehatan mental dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga macam, yaitu perencanaan jangka panjang,
jangka menengah, dan jangka pendek.
Perencanaan
dalam jangka panjang yaitu merupakan perencanaan yang mencapai sepuluh tahun
atau lebih yang dapat digunakan untuk memformulasi tujuan-tujuan jangka panjang
dan untuk penentuan kebijakan. Perencanaan jangka menengah yang berjangka waktu
lima hingga
delapan tahun merupakan perencanaan yang banyak dan dapat untuk
program-program yang lebih detail. Sedangakan perencanaan jangka pendek
yang mencapai jangka waktu tiga tahun seringkali dijalankan sebagai dasar-dasar
untuk mempersiapkan anggaran tahunan dan bukan untuk merencanakan dalam hal-hal
yang bersifat teknis.
E.
Elemen
Program
Sebelum menentukan komponen yang akan
dimasukkan ke dalam program kesehatan mental yang komprehensif, kita perlu
mengetahui dan memahami hal-hal berikut :
1.
Keinginan masyarakatnya,
2.
Karakteristik-karakteristik
masyarakatnnya saat ini,
3.
Arah yang akan dicapai atau
dikehendaki dalam beberapa tahun berikut,
4.
Problem-problem yang telah
tampak di masyarakat dan problem-problem yang dimungkinkan muncul di masyarakat
dilihat dari sudut kesejahteraan psikologis dan sosial secara keseluruhan, pada
saat ini dan dimasa yang akan datang.
5.
Formulasi perencanaan untuk
program yang dibuat untuk merespon kebutuhan seluruh penduduk di dalam
masyarakat.
Fellix
(1961) mengemukakan 6 hal pokok sebagai pelayanan kesehatan mental yang
dimasukkan sebagai program, adalah :
1.
Pelayanan yang menaruh
perhatian pada diaknosis awal dan pengobatan yang secara tepat terhadap
gangguan mental dan emosional.
2.
Usaha tindak lanjut dan
rehabilitasi untuk seseorang yang tidak lagi menjadi pasien psikiatrik rawat
inap.
3.
Persediaan konsultan
untuk pelayanan ke sekolah
4.
Pendidikan publik; selain
itu diperlukan
5.
Riset aksi sosial, untuk
menemukan jawaban terhadap problem-problem yang mendasar berkaitan dengan
gangguan-gangguan mental dan emosional, dan untuk mengevaluasi efektivitas
program-program kesehatan mental yang baru atau unik; dan
6.
Berusaha untuk mencegah
timbulnya gangguan mental. Pencegahan berupa mengurangi faktor-faktor yang
cenderung menghasilkan gangguan mental dan emosional dan menciptakan iklim yang
dapat memberi kesempatan secara optimal kepada warga masyarakat.
F.
Pendekatan Penyusunan
Program
Terdapat
tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :
1. Pendekata
Risiko
Strategi
ini fleksibel dengan menggunakan sarana-sarana yang tersedia untuk memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat resiko serta prioritas dalam
masyarakat. Pengukuran individu atau masyarakat dalam resiko diperlukan agar
dapat digunakan dalam membuat formulasi obyektif dan untuk alokasi dana dan
penyebarannya.
Langkah-langkah
yang dilaksanakan dalam penyusunan program, yaitu :
1)
Menyeleksi
indikator-indikator untuk mengidentifikasi individu dan masyarakat yang ada
dalam resiko yang khusus antara lain usia lanjut, pengangguran, dan isolasi
sosial.
2)
Mengembangkan sistem
pembuatan skor dengan pembobotan untuk indikator-indikator yang sangat penting.
3)
Meneliti sumber-sumber yang
dapat digunakan untuk usaha pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
4)
Mengembangkan daya muat
serta strategi pelayanan sesuai dengan tingkat resiko.
5)
Mengembangkan sistem
pemantauan, dan sistem evaluasi.
2.
Pendekata Multisektoral
Pendekatan
ini dilakukan dengan koordinasi pada semua tingkat pelayanan yang mempunyai
tujuan untuk mencapai kerjasama dan koordinasi antara petugas kesehatan, guru,
pemuka-pemuka agama, masyarakat, dan orang tua dengan pemilihan cara-cara yang
tepat, sederhana, efektif, dan tidak mahal dengan memberi tekanan pada
pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
3.
Pendekatan Sistem
Dilakukan
dengan cara mempelajari dan mengkonseptualisasi masalah-masalah yang berkaitan
satu sama lain maupun yang berdiri sendiri. Hal utama yang harus diperhatikan
dalam konsep ini, yaitu mempelajari :
1)
Tujuan dari sistem dan
ukuran (indikator) pencapaian sistem keseluruhan.
2)
Ruang lingkup sistem dan
kendalanya;
3)
Sumber penunjang sistem;
4)
Komponen-komponen sistem
atau sub sistem
5)
Manajeman sistem yang
diperlukan.
Sebuah
rumah sakit mental misalnya, mempunyai banyak tujuan dan ini dapat dicanangkan
dalam tujuan sistem keseluruhan sebagai berukut :
1)
Membebaskan penderita dari
gejala-gejala mental dan mengembalikan penderita ke masyarakat.
2)
Merehabilitasi penderita
dengan meningkatkan kemampuan, penyesuaian penderita dalam masyarakat dan
produktif.
3)
Menyelenggarakan suatu
fasilitas yang menyediakan pekerjaan bagi individu
4)
Melaksanakan pendidikan
latihan yang profesional untuk kesehatan mental
5)
Menjalankan penelitan dan
evaluasi pengobatan penderita mental serta penilaian keberhasilan petugas dan
program latihan.
Untuk mencapai tujuan sistem itu perlu dilakukan
penelitian terhadap berbagai variabel yang berhubungan , dalam hal ini hubungan
dengan rumah sakit dengan keadaan sosial-ekonomi secara keseluruhan.
Selai itu masih perlu diperhatikan yaitu
macam-macam komponen sistem yang perlu dipilih atau diteliti karena sistem
dalam input bervariasi dan ini berpengaruh besar terhadap out put, maka ada
variasi pula pada proses pengobatan, atau pada program rehabilitasi. Out put
dari sistem adalah kembalinya penderita ke dalam masyarakat, petugas yang
terlatih, profesi yang terdidik, dan lain sebagainya.
G. Langkah-Langkah
Perencanaan
1.
Pengukuran dan analisa
situasi
Langkah
ini mencakup pengumpulan pelayanan yang ada dan mengukur sejauh mana kepuasan
dapat dipenuhi. Pengukuran didasarkan pada data : morbiditas, mortalitas,
indikator-indikator sosial, dan data operasional pelayanan kesehatan maupun
riset yang epidemiologi maupun riset sosial mengenai sikap terhadap pelayanan
kesehatan mental dan keperluan pelayanan kesehatan mental yang diingini dan yang
diperlukan oleh masyarakat.
2.
Perkiraan mengenai waktu
yang akan datang.
Mencakup
demografi, perkembangan sosial-ekomi, kemajuan kedokteran, dan perkembangan
teknik kedokteran dan kesehatan.
3.
Merumuskan tujuan.
Tujuan
harus dapat dinyatakan dengan jelas. Untuk ini semua data yang diperoleh dari
upaya yang sebelumnya telah dilakukan, harus dipertimbangkan dalam pembuatan
rencan yang berikutnya.
4.
Mengoperasionalkan program.
Suatu
rencan harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang akan
dilakukan, bagaimana melakukannaya, dan siapa yang melakukan.
H.
Evaluasi Kesehatan Mental
Evaluasi
dilakukan sejalan dengan pilihan jenis evaluasi yang akan dilakukan. Apabila
penilaian dilakukan sewaktu program sedang berjalan, keuntungan yang dapat
diperoleh adalah pembetulan apabila terdapat kesalahan, sehingga perencanaan
untuk program yang akan datang dapat lebih mudah.
Evaluasi
untuk pelayanan kesehatan mental masyarakat dilakukan dengan menggunakan multistage
model yang dibagi lima
tahap yang dilalui, yaitu sebagai berikut :
1.
Deskripsi, konseptualisasi,
dan definisi
Suatu
pusat pelayanan kesehatan harus diperjelas terlebih dahulu sarana-sarana yang
dimiliki dan kegiatan-kegiatan bagi masyarakat yang akan dilayani.
Suatu
analisa ekologis dari wilayah yang dilayani dengan menggunakan indikator sosial
akan sangat membantu dalam menilai tujuan kegiatan.
2.
Mengukur keperluan dan
menggunakan pelayanan
Tahap
ini melibatkan prosedur epidemiologis, penelitian lapangan dan respon yang ada
dalam masyarakat untuk menentukan keperluan dan pemakaian fasilitas yang
tersedia.
3.
Studi perbandingan
Membandingkan
keperluan terhadap penggunaan pelayanan sehubungan dengan tujuan yang
dinyatakan oleh pusat pelayanan dapat memberikan masukan bagi evaluasi dasar.
Hasil-hasil yang diperoleh harus dibandingkan dengan data dari analisa ekologi
dari wilayah yang sama.
4.
Hasil penelitian
Penelitian
hasil harus mencakup penelitian prospektif yang sistematis misalnya menggunakan
goal attainment scalling.
5.
Studi dampak
Penelitian
epidemiologis, khususnya survey tindak lanjut dan analisa indikator sosial
dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup dalam wilayah pelayanan