Teori Psikoanalisa


BAB I
PENDAHULUAN

            Psikoanalisa terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan obeservasi yang dilakukan freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan. Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan, terutama dari aspek psikologi yang dilakukan oleh seorang ahli kepada siswa-siswa peserta didik dalam memahami dirinya, dan menghubungkan dengan lingkungannya, serta memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep diri yang dituntut lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
            Banyak yang mengatakan bahwa psikoanalisa merupakan satu hal yang unik sekaligus paradoksial, dan juga psikoanalisamerupakan sistem yang paling dikenal luas meskipun tidak dipahami secara universal. Dan disisi lain psiko analisa ini juga banyak pengaruhnya dalam bidang lain diluar psikologi melalui pemikiran penemunya, Sigmund Freud.
            Memang konsep psikoanalisa ini berkembang bukan dari psikologi tetapi dari ilmu kedokteran tentang penyakit jiwa, meskipun begitu konsep ini banyak dipakai tidak hanya dalam bidang psikologi tetapi juga di bidang yang lain seperti sosiologi dan disiplin yang lainnya
            Di masa awal perkembangannya, psikoanalisa merupakan sebuah konsep yang revolusioner, karena pada masa itu dunia ilmu pengetahuan sedang ramai memperbincangkan tentang teori darwin. Dan teori ini telah membuat manusia mempunyai jiwa dianggap tidak lebih dari salah satu anggota dari seluruh dunia hewan. Padahal manusia merupakan makhluk yang komplek yang bisa dipelajari fisik dan jiwanya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Teori Psikoanalisa
                  Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisa jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan obeservasi yang dilakukan freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan. Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan.
                  Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya teruju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisis dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalam terhadap dorongan-dorongan tersebut. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalan terhadap dorongan-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional dan tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energi psikis yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada pencapaian kesenangan.



B.     Perspektif Histori
                  Dimulai dari suatu metode penyembuhan penderita sakit jiwa, hingga menjadi sebuah gagasan baru tentang manusia, psikoanalisis dianggap salah satu gerakan revolusioner dalam bidang psikologi. Peletak dasar teori ini adalah Sigmund Shlomo Freud, yang dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran dimana hal itu merupakan sumber energi perilaku manusia. Freud menyusun sebuah model sifat manusia untuk memahami manusia.
            Sigmund Freud dilahirkan di Moravia, Cekoslovakia pada tanggal 6 mei 1856, pada usia 4 tahun bersama keluarganya Freud pindah ke Wina, Austria sebuah tempat dimana beliau kemudian menghabiskan hampir sebagian besar hidupnya. Sejak kecil beliau dikenal pandai, gemar membaca, dan menguasai berbagai bahasa, di antaranya bahasa Jerman, Perancis, Inggris, Italia, Spanyol, Latin, Yunani, dan lain sebagainya. Kondisi politik Austria saat itu membatasi ruang geraknya sebagai seorang Yahudi untuk bisa meneruskan cita-citanya kuliah di fakultas hukum, sehingga Freud memutuskan untuk mengambil jurusan kedokteran, dan pada usia 25 tahun dia telah lulus dan bekerja di sebuah rumah sakit di kota Wina. Di sini Freud bertemu dengan seorang dokter dokter spesialis syaraf bernama Josef Breuer,  yang sedang merawat seorang pasien dengan gejala-gejala histeria bernama Bertha Pappenheim.
            Pada tahun 1885 Freud mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Paris selama 4 bulan dan bertemu dengan Jean Charchot, seorang ahli syaraf dan hipnotis berkebangsaan Jerman. Dari beliau, Freud belajar tentang penggunaan hipnotis untuk menyembuhkan gejala-gejala histeria. Sepulangnya dari Paris, di Wina Freud kembali bekerja sama dengan Breuer dan menghasilkan sebuah buku yang sangat terkenal Studies of Hysteria (Freud & Breuer, 1895). Buku ini kemudian menjadi dasar bagi penelitian-penelitian Freud selanjutnya, beliau pertama kali memperkenalkan istilah psikoanalisa pada tahun 1896. Tulisan-tulisan Freud berikutnya pada periode tahun 1890-an banyak membahas tentang pentingnya peningkatan kesadaran individu tentang kehidupan seksualitasnya. Menurut Freud gejala-gejala histeria dan neurosis disebabkan oleh pengalaman seksual yang traumatis pada masa kecil.
            Kombinasi antara ketertarikan Freud kepada masalah-masalah kejiwaan dengan pengalaman pribadinya pada masa kecil, dimana dia pernah mengalami ketertarikan pada ibu tirinya, serta rasa marahnya pada sang ayah, membuatnya ingin melakukan penelitian tentang mimpi dan fantasi. Hasil penelitiannya tersebut dituangkan dalam karya terbesar Freud yaitu Interpretation of Dreams, yang diselesaikannya pad tahun 1899, berisi tentang konsep bahwa mimpi merefleksikan harapan-harapan yang ditekan, dan bahwa proses mental dan fisik itu saling berhubungan satu sama lain, sebuah konsep yang saat itu banyak mendapatkan penolakan dari masyarakat luas.
            Seiring dengan penolakan tersebut, respon positif mulai berdatangan dari beberapa simpatisan, dimulai dengan mengadakan forum the Wednesday Psychological Society (1902) hingga menjadi the Vienna Psychoanalytic Society (1908). Pada tahun-tahun itu Fr eud juga menjadi semakin produktif dalam menulis, beberapa buku berhasil diterbitkannya antara lain : the Psychopathology of Everyday Life (1901), Three Essays on Sexuality (1905), dan Jokes and Their Relation to the Unconscious (1905). Sebuah peristiwa penting yang akhirnya memberikan pengakuan terhadap psikoanalisa dan membawanya ke Amerika adalah undangan dari Stanley Hall untuk memberikan kuliah umum di Clark University di Worcester, Massachusetts pada tahun 1909. Setelah itu perhatian dunia semakin besar terhadap teori Psikoanalisa, ditambah dengan terbitnya buku penting Freud yang lain seperti Introductory Lectures on Psycho-Analysis (1917) dan the Ego and the Id (1923).
            Perkembangan penting dalam psikoanalisa bukan hanya tentang tulisan-tulisan Freud tapi juga seputar interaksinya dengan para pengikutnya. Beberapa dari muridnya mengembangkan teori psikoterapinya sendiri seperti Alfred Adler, Carl Jung, dan Otto Rank, yang kemudian disebut sebagai neo-Freudian, lebih memfokuskan pada faktor-faktor sosial dan budaya daripada faktor biologis. Karen Horney (1937)  yang tidak setuju dengan pandangan Freud tentang perempuan, berpendapat bahwa faktor budaya dan hubungan interpersonal lebih berpengaruh terhadap kepribadian individu daripada trauma masa kecil. Erich Fromm (1955) memfokuskan penelitiannya pada kelompok-kelompok sosial dan perubahan kebudayaan. Neo-Freudian yang paling banyak mendapat perhatian karena memberikan tambahan dimensi pada teori psikoanalisa, adalah Harry Stack Sullivan (1953) dia memberikan penekanan pada faktor-faktor interpersonal dan hubungan teman sebaya pada masa kecil.
            Sigmund Freud terus aktif berkarya hingga maut menjemputnya pada tahun 1939 karena penyakit kanker mulut dan rahang yang telah dideritanya selama 16 tahun terakhir, dan melewati 33 kali operasi. Beliau meninggal dunia di London pada usia 83 tahun dan meninggalkan warisan yang tidak ternilai bagi dunia psikoterapi modern.

  1. Pokok-pokok Teori
                  Dalam hal ini Freud menggambarkan kepribadian manusia melalui konsep terstruktur mental(psyche) dan struktur kepribadian.
a.      Struktur mental
Struktur mental terdiri atas 3 tingkat kesadaran, yakni
1)            Kesadaran, menunjuk pada apa yang sedang kita persepsi(rasakan, pikirkan dan amati). Atau dengan kata lain kesadadran itu merupakan suatu komponen superego yang berisikan perilaku-perilaku yang mendapatkan hukuman. Misalnya, ketika kita merasakan adanya sensasi kontraksi dalam perut kita, kita mengatakan,” wah saya lapar nih !” jadi apa yang kita rasakan itu merupakan bentuk kesadaran kita.
2)            Ambang sadar, berisikan ingatan-ingatan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang siap masuk ke dalam kesadaran sewaktu-waktu diperlukan. Misalnya jika seseorang bertanya kepada kita tentang nomer telepon rumah atau telepon seluler kita, hanya demgan sedikit upaya kita akan segera mampu untuk mengingat dan kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Itu karena ingatan kita tentang nomer telepon kita berada diambang sadar.
3)            Ketidaksadaran, ditamsilkan sebagai suatu gudang dan imej-imej yang tak dapat diterima(ditolak oleh norma atau kode moral tertentu), peristiwa masa lampau, impuls-impuls dan keinginan-keinginan yang tidak kita sadari. Atau dengan kata lain ketidaksadaran itu merupakan aspek psikis( mental) yang menyimpan dorongan-dorongan yang tidak terpenuhi dan menjadi kompleks terdesak.

b.      Struktur kepribadian
      Struktur kepribadian terdiri dari 3 aspek yakni:
1)      Id
               merupakan suatu struktur yang kita bawa sejak lahir da berisikan semua potensi bawaan, termasuk naluri-naluri yang umumnya tidak kita sadari. Id merupakan sumber energi aktifitas psikis dan fisik , dan energi ini diperoleh dari tubuh.
Di dalam id terdapat dorongan-dorongan instinktif (naluriah) yang cenderung primitif dan menimbulkan ketegangan karena menuntut       untuk dipuaskan/dipenuhi.
Dorongan naluriah dibedakan menjadi 2 yakni:
a)      Naluriah hidup (libido) → nafsu seks
b)      Naluriah mati atau merusak (tanatos) → agresi
Untuk memuaskan atau memenuhi dorongan-dorongan, id menggunakan 2 mekanisme yakni:
a)      Tindakan refleks(tindakan-tindakan otomatis)
→ mengedipkan mata, batuk menarik tangan ketika     menyentuh benda panas.
b)      Proses primer ( tindakan kompleks)
   impian, khayalan, lamuna atau fantasi
2)      Ego
               adalah aspek kepribadian yang beada didalam kesadaran. Atau ego merupakan aspek rasional dari kepribadian yang bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mengendalikan instink atau dorongan-dorongan. Ia berfungsi untuk membantu id memenuhi dorongan-dorongannya secara nyata dan bukan hanya sekedar membayangkan atau melamun. Misalnya ketika anak mulai dipisahkan dengan ibunya (jawa = disapih).
      Dapat dikatakan ego merupakan aspek eksekutif (pengendali atau pengatur) dari struktur kepribadian.


3)      Superego
               merupakam aspek kepribadian yang berisikan nilai-nilai atau kode moral masyarakat yang diinternalisasikan oleh anak melalui pendidikan orang tua. Nilai moral ini digunakan untuk mengontrol dan mengarahkan ego dalam upayanya dalam memenuhi dorongan id.
      Superego berfungsi membatasi dorongan-dorongan id dan mengendalikan ego agar tidak melakukan tindakan yang    bertentangan   dengan kode moral atau norma masyarakat.   Misalnya pesan-pesan orangtua,guru dan masyarakat disamping         tradisi ras, budaya dan nasional memberikan sokongan penting   bagi perkembangan superego anak. Melalui superego ini anak           dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk dan antara    yang benar dan mana yang salah.

c.       Perkembangan kepribadian
                     Menurut Freud, perkembangan kepribadian – sehat dan tidak sehat – sangat berhubungan dengan cara-cara yag digunakan oleh individu dalam melewati fase-fase perkembangan pada enam tahun pertama    kehidupannya. Tahapan perkembangan ini disebut tahapan psikoseksual karena memperesentasikan suatu kebutuhan(dan pemuasan) seksual yang menonjol pada stiap tahapan perkembangan. Hambatan yang terjadi pada proses pemenuhan kebutuhan seksual pada setiap tahapan - disebut fiksasi berpotensi menyebabkan  gangguan perilaku pada waktu dewasa.
         Tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual:
1)      Tahap oral(0-1 tahun)
               Kontak pertama yag dilakuka oleh bayi setelah kelahirannya adalah melalui mulut(oral). Kepuasan seksual(kesenangan) pada saat ini diperoleh melalui mulut, yakni melalui berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum, dan menghisap atau menggigit. Fiksasi pada tahap ini menyebabkan orang mengembangkan kepribadian oral, yakni menjadi orang yang tergantung dan lebih senang untuk bertindak pasif dan menerima bantuan dari orang lain.
               Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, baik kepada diri sendiri, dan orang lain. Cinta adalah perlindungan terbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai tidak akan banyak menemui kesulitan dalam menerima dirinya, sebaliknya anak-anak yang merasa tidak diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak mempercayai orang lain, serta memandang dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek penolakan pada fase oral akan membentuk anak menjadi pribadi yang penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri, agresif, benci, dan kesepian.

2)      Tahap anal(1-3 tahun)
                  Interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut(anal) dan memperoleh kesenangan melalui aktivitas-aktivitas pembuangan. Pada fase anal anak banyak berhadapan dengan tuntutan-tuntutan orangtua, terutama yang berhubungan dengan toilet training, dimana anak memperoleh pengalaman pertama dalam hal kedisiplinan. Fiksasi pada tahapan ini menyebabkan anak mengembangkan kepribadian anal, yakni menjadi orang yang sangat menekankan kepatuhan, konformitas, keteraturan, menjadi kikir, dan suka melawan atau memberontak. Tugas perkembangan pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan belajar mengakui dan menangani perasaan-perasaan negatif. Banyak sikap terhadap fungsi tubuh sendiri yang dipelajari anak dari orangtuanya. Selama fase anal anak akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya, namun mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa diterima. Hal penting lain yang harus dipelajari  anak adalah bahwa mereka memiliki kekuatan, kemandirian, dan otonomi.




3)      Tahap palis(3-5 tahun)
                  Pada fase ini anak laki-laki dan perempuan senang menyentuh (mengeksploitasi) organ kelaminnya untuk memperoleh kesenangan sambil melakukan fantasi-fantasi seksual. Anak laki-laki mengembangkan fantasi seksual dengan ibunya disebut oedipus complex dan anak perempuan mengembangkan fantasi seksual dengan ayahnya disebut electra complex. Jika konflik oedipal ini tak terpecahkan, anak laki-laki aka berkembang menjadi homoseksual atau heteroseksual sedangka anak perempuan akan menjadi wanita genit penggoda pria atau lesbian.. Fase Phalic juga merupakan periode perkembangan hati nurani, dimana anak belajar mengenai standar-standar moral. Selama fase ini anak perlu belajar menerima perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Mereka membutuhkan contoh yang memadai bagi identifikasi peran seksual, untuk mengetahui apa yang benar dan salah, serta apa yang maskulin dan feminin, sehingga mereka memperoleh perspektif yang benar tentang peran mereka sebagai anak laki-laki atau anak perempuan.

4)      Tahap laten(6-12 tahun)
                  Pada tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan semua isu-isu oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai melibatkan dirinya ke dalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain dari jenis kelamin yang sama, baik kelompok yang kelompok yang bersifat full male atau full female. Namun berkurangnya perhatian pada masalah seksual itu bersifat laten dan masih akan terus memberikan pengaruh pada tahap perkembangan kepribadian berikutnya.

5)      Tahap genital(12 tahun keatas)
                  Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa remaja awal dan berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi seksual anak mulai terarah kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan diri melalui masturbasi, dan anak mulai mengenal cinta kepada lawan jenis.                       
   Ketika memasuki masa pubertas anak-anak mulai tertarik satu sama lain dengan lawan jenisnya dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka saling mengembangkan afeksi (hubungan) dan minat-minat seksual, cinta, dan bentuk-bentuk keterikatan yang lain.

d.      Mekanisme pertahanan ego
                     Ketiga struktur ego, id, dan superego tidak selalu dapat bekerja secara harmonis. Dalam rangka memenuhi kebutuhan id, antara ketiga divisi kepribadian tersebut seringkali terjadi konflik. Konflik antara ketiga struktur kepribadian disebut konflik intrapsikis. Jika tak segera terselesaikan, konflik intrapsikis berpotensi menimbulkan perasaan cemas.
      Dalam hal ini Freud mengemukakan tiga bentuk kecemasan, yakni:
a.      Kecemasan Neurotik
         adalah perasaan takut bahwa insting-insting akan terlepas dan menyebabkan individu akan melakukan sesuatu yang mendatangkan hukuman.
b.      Kecemasan Realistic
         adalah ketakutan terhadap ancaman bahaya dunia luar.
c.       Kecemasan Moral
         adalah kecemasan kata hati.
        
               Jika ego tak mampu menemukan cara-cara yang realistis untuk merepon rasa cemas, ia menggunakan cara yang tidak realistis yang disebut mekanisme pertahanan ego(ego defence mechanism).





Kaplan, dkk. (1994) dan Seligman (1996)
Mengklasifikannya empat bentuk mekanisme pertahanan ego :
1.      Narsistik atau Psikotik
                           yakni suatu bentuk pertahanan ego yang dilakukan dengan cara pembiasaan, pengingkaran, dan proyeksi delusional. Banyak ditemukan pada anak-anak.
2.      Tidak Matang
               mekanisme ini umum ditemukan pada remaja dan beberapa orang dewasa dengan gangguan mood, kepribadian, dan control impuls. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah proyeksi, regresi, pembelahan, devaluasi, kenakalan.
3.      Neurotic
               mekanisme ini umum ditemukan pada orang dewasa yang dinyatakan dalam bentuk rasionalisasi, intelektualisasi, dan pengalihan.
4.      Sehat
               merupakan bentuk mekanisme yang produktif yang umumnya diperlihatkan oleh orang dewasa yang sehat dalam bentuk sublimasi, humor, supresi sadar atau semi sadar, dan kompensasi.


  1. Tehnik dan Proses Konseling

      1.Tehnik Konseling
            Psikoanalisa disamping sebagai teori kepribadian, dapat pula berfungsi sebagai teknik analisa kepribadian. Untuk dapat menerangkan suatu gejala psikoneurose misalnya, agar dapat diusahakan penyembuhan terhadap penderita yang bersangkutan maka perlu di analisa terlebih dahulu kepribadian penderita yang bersangkutan. Dalam analisa ini umumnya dipergunakan 2 cara pendekatan, yaitu pertama-pertama melihat dinamika dari dorongan-dorongan primitif (khususnya libido).

            Teknik-teknik yang dipergunakan dalam menganalisa kepribadian selanjutnya dipergunakan juga sekaligus sebagai teknik psikoterapi karena pada prinsipnya psikoanalisa mengakui bahwa kalau faktor penyebab yang tersembunyi didalam ketidaksadaran sudah bisa diketahui dan dibawah ke kesadaran maka penderita dengan sendirinya akan sembuh. Sebagai seorang murid Charcot, Freud masih berpedirian sama dengan Charcot, yaitu bahwa penyakit biasanya (psikoneurose) umumnya dapat disembuhkan setelah faktor penyebab dalam faktor ketidaksadaran dapat diketahui.

Adapun teknik-teknik dasar konseling psikoanalisa adalah sebagai berikut :

            1.Asosiasi bebas
            Teknik pokok dalam terapai psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikiranya adari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadaranya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor.
Metode ini adalah metode pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu, klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.

            2.Interpretasi
            Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.


Rambu-rambu Interpretasi :
• Interpretasi disajikan pada saat gejala yg diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yg disadari klien.
• Interpretasi dimulai dari permukaan menuju hal-hal yg dalam (dialami oleh situasi emosional klien).
• Menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emo-si atau konflik.

            3. Analisis mimpi
            Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan, menurut kami(pemakalah)”aspek yang membuat klaen mimpi itu dikarnakan adanya system imunitas pencernaan otak yang membuat orang itu bermimpi dan bias saja orang itu berimajinasi tinggi sehingga terkontaminasi oleh masalah-masalah pribadinyea sehingga terbawa mimpi”.

            4. Analisis dan interpretasi transferensi
            Transferensi (pemindahan).Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun.



Tujuan dari analisis ini adalah sebagai berikut :

a. Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman-pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau terhadap kehidupan sekarang.
 
b. Memungkinkan klien menembus konflik lampau yang diperta-hankan hingga sekarang dan menghambat perkembangan emosinya.

            5. Analisis dan interpretasi resistensi

            Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.


B. Proses Konseling Psikoanalisa
            Tujuan konseling adalah membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri klien. Proses dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekontruksikan kepribadian.
            Satu karakteristik konseling ini adalah bahwa terapi atau analisa bersikap anonim(tak dikenal) dan bertindak dengan sangat sedikit menunjukan perasaan dan pengalamanya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaanya kepada konselor. Konselor terutam berkenaan dengan membantu klien mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan berhubungan pribdi yang lebih efektif, dalam menghadapi kecemasan melaui cara-cara realistis. Pertamam-tama konselor harus membuat suatu hubungan kerjasama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi atau penolakan klien. Sementara klien berbicara, konselor mendengarkan dan memberikan penafsiran yang memadai fungsinya adalah pempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimapan dalam ketidaksadaran.
            Tujuan konseling psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar dalam diri klien.
a. Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian.
b. Konseling analitik menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidak sadaran.
 c. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
d. Satu karakteristik konseling psikonalisa adalah bahwa terapi atau analisis bersikap anonim (tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya kepada konselor. Proyeksi klien merupakan bahan terapi yang ditafsirkan dan dianalisia.
e. Konselor harus membangun hunbungan kerja sama dengan klien kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
f. Menata proses terapeutik yang demikian dalam konteks pemahaman struktur kepribadian dan psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan masalah klien secara sesungguhnya. Konselor mengajari klien memaknai proses ini sehingga klien memperoleh tilikan mengenai masalahnya.
g. Klien harus menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam jangka panjang. Setiap pertemuan biasa berlangsung satu jam.
h. Setelah beberapa kali pertemuan kemudian klien melakukan kegiatan asosiasi bebas. Yaitu klien mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya.
j. “dan klien memberikan hasil lintasan imajinasi yang terungkap, sehingga dapat di asosiasikan dalam pisikoanalitik ini, dan biasanyea”,menurut penulis.




  1. Konsepsi Tentang Manusia
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan melingkar ke arah kematian.
Sumbangan terbesar Freud adalah konsep-konsepnya tentang kesadaran dan ketidaksadaran yang merupakan dasar atau kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah kepribadian. Dengan kepercayaannya bahwa sebagian besar fungsi psikologis terletak di luar kawasan kesadaran,  maka sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tidak sadar menjadi disadari. Dari perspektif ini, terapi adalah upaya menyingkap makna gejala-gejala, sebab-sebab tingkah laku, dan bagian-bagian yang direpresi yang menghalangi fungsi psikologis yang sehat.
Selain kesadaran, kecemasan juga menjadi hal yang esensial untuk menggambarkan tentang sifat manusia. Apabila tidak dapat mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak relistis yaitu tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego. Freud menyakini bahwa  individu yang hati nuraninya berkembang baik cenderung merasa berdosa apabila dia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral yang dimilikinya.
Berdasarkan dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
a.      Pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
b.      Proses mental yang tidak disadari mengintegrasi perilaku-perilaku
c.      Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresivitasnya sejak lahir
d.     Secara umum perilaku manusia bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
e.     Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
f.       Pembentukan simptom merupakan bentuk defensif
g.     Apa yang terjadi pada seseorang saat ini dihubungkan pada sebab-sebab di masa lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
h.   Latihan pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi dalam transferensi selama proses terapi.

F.     Ilustrasi Kasus

Contoh kasus:
Seorang anak berinisial A mengalami suatu depresi (murung dan menarik diri) oleh penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga si-A mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

Penyelesaian oleh konselor dengan teori psikoanalisa:
Asumsi yang digunakan dalam membantu Si-A
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Dimana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Berdasarkan ilustrasi kasus, depresi (murung dan menarik diri) yang dialami konseli merupakan tindakan mekanisme pertahanan ego, karena adanya ketidak seimbangan antara id, ego dan superego, yaitu dengan melakukan represi dan penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga konseli mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.
  Pembinaan hubunga konseling dengan si-A:
Dalam konseling psikoanalisis hubungan konselor dengan konseli (si-A), yaitu
  • Konselor membantu konseli untuk dapat bersikap yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis, hal ini merupakan pra-kondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling psikoanalisis.
  • Konselor mengalihkan segenap pengalaman masa lalu konseli terhadap ayahnya kepada konselor. Kemudian, konselor membantu konseli untuk mencapai pemahaman tentang  bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,  menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.


Asesmen yang dilaksanakan:
Konselor melakukan esesmen dengan mengidentifikasi konflik-konflik bawah sadar dari konseli, meliputi: Persepsi konseli terhadap dirinya, hubungan interpersonalnya, dorongan dan dinamika psikologis yang dialami, serta bagaimana konseli mengkontrol emosinya.
Tujuan konseling bagi konseli
Tujuan konseling adalah untuk membentuk kembali struktur karakter konseli dengan cara merekonstruksi, membahas, menganalisa, dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau, yang terjadi di masa kanak-kanak. Membantu konseli untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh konseli Secara spesifik, membawa konseli dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) berupa pengalaman masa lalu baik dengan orang tunya sebelum ayahnya meninggal dan hal-hal yang mengakibatkan kecemasan konseli, menuju ke arah perkembangan kesadaran intelektual,  menghidupkan   kembali  masa  lalu konseli dengan menembus konflik yang ditekan berupa urusan yang tidak selesai di masa lampau, memberikan kesempatan kepada konseli untuk  menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya yaitu peristiwa kematian ayahnya.
Teknik-teknik konseling yang digunakan
  Asosiasi bebas
Konselor membantu konseli untuk mengingat kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan-pelepasan emosi yang berkaitan dengan peristiwa kematian ayahnya. Pada teknik asosiasi bebas konseli mengalami proses katarsis, dimana konseli dapat dengan bebas untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikiran yang terlintas di benaknya, baik yang menyenangkan maupun yang tidak. Kemudian konselor berusaha untuk mengenali peristiwa-peristiwa yang di-repres dan dikurung oleh konseli dalam ketidaksadarannya.
  Interpretasi
Konselor menafsirkan pengalaman konseli kemudian membimbingnya ke arah peningkatan pemahaman atas dinamika yang  tidak disadari olehnya berupa resistensinya dan penolakannya terhadap kematian ayahnya.
  Analisis resistensi
Jika konseli mengalami resistensi dalam proses konseling. Konselor tidak bisa membiarkan hal ini terjadi karena akan menghambat proses konseling. Penafsiran terhadap resistensi harus dilaksanakan untuk membantu konseli untuk menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi dan kemudian mampu menyelesaikan konfliknya secara realistis.
  Analisis transferensi
Konselor membantu konseli untuk dapat mengatasi “urusan yang belum selesai” dengan orang-orang penting di masa lalu seperti ayahnya, yang terdistorsi ke masa sekarang dan memberikan reaksi kepada konselor sebagaimana dia bereaksi terhadap ayah pada masa ayahnya masih hidup. Di sini konselor melakukan penafsiran agar konseli  mampu menembus konflik masa lalu, dan menggarap konflik emosional yang terdapat pada hubungan terapeutiknya bersama sang konselor (yang dianggap sebagai ayahnya).

Prosedur konseling yang digunakan
  Konselor membantu konseli untuk menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanaknya sehingga menemukan penyebab-penyebab ketidaksadaran yang menyebabkan dia menjadi murung, menarik diri dari teman-temannya serta keinginannya untuk berhenti bersekolah.
  Konselor membantu konseli untuk menata pengalaman masa lampau, menganalisis, dan menafsirkannya dengan tujuan untuk merekonstriksi kepribadian konseli melalui asosiasi bebas, interpretasi, analisis transfrensi dan analisis resistensi.


Terminasi dan tindak-lanjut konseling
Proses konseling akan berakhir jika konseli sudah dapat menyadari hal-hal ketidaksadaran yang menyebabkan dia berpikir dan berperilaku secara maladaptif (murung, menarik diri dari teman-temannya serta keinginannya untuk berhenti bersekolah). Tindak lanjut yang dapat diterapkan berupa penanaman ketidaksadaran yang positif yaitu cita-citanya yang ingin menjadi seorang peneliti seperti ayahnya.
















BAB III
KESIMPULAN
Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisa jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya.
Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya teruju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter.
Teori ini lebih mengedepankan agar seorang konselor mampu menggali pengalaman-pengalaman yang terjadi pada seorang konseli sehingga dapat merekonstruksi kepribadian konseli tersebut.

















DAFTAR PUSTAKA


·         Darminto Eko, 2007, Teori-Teori Konseling, Unesa University Press, Surabaya.
·         Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, UMM Press, Malang



0 komentar:

Posting Komentar

jam kita . . .

 
welcome to our blog,,ENJOY,,
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

About

Blog ini dibuat dengan kerjasama antara tiga orang mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang bernama Agus Udin Budi Sasongko , Noffita Cahayani, dan Septiani Wulandari.Perpaduan wawasan dan kreativitas kami bertiga dituangkan dalam blog ini. Mungkin Hasilnya sederhana namun kami berharap blog ini bisa bermanfaat dan menghasilkan nilai baik. SEMANGAT DAN SUKSES!!!

my calender. . .

Cuteki cute

Followers

pengunjung


Agus Udin Budi Sasongko

KAMPUSKU TERCINTA UNESA TETAP JAYA