BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Adler merupakan salah satu teoris
besar dalam psikologi kepribadian yang telah mengembangkan Konseling Adlerian
bersama para pengikutnya berdasarkan teori psikologi individual Adler .
Konsep-konsepnya revolusioner dan menampilkan sisi kemanusiaan yang utuh dalam
dialektikanya. Adler awalnya merupakan anggota bahkan sebagai ketua Masyarakat
Psikoanalisis Wina yang merupakan organisasi pengembang teori Freud, namun
kemudian memisahkan diri karena mengambangkan ide-ide dan konsepnya sendiri.
Konsep yang dikembangkan oleh
Adler memiliki perbedaan yang substansial dengan teoris Freud. Adler yang
berlatar belakang pendidikan dokter kemudian mengembangkan suatu teori yang
spesifik yang disebutnya psikologi individual. Teori Adler ini sangat
menekankan peranan ego dan kontekstualitas sosial dalam gerak dinamika
kehidupan manusia.
Dari beberapa sumber, diperoleh
keterangan bahwa selama perang dunia I, Adler bekerja sebagai dokter pada
laskar tentara Austria dan sesudah perang, dia tertarik pada bimbingan
anak-anak dan mendirikan klinik bimbingan pertama yang berhubungan dengan
sistem aliaran Wina. Dia juga mendorong berdirinya aliran eksperimental di wina
yang menerapkan teorinya di bidang pendidikan (Furtmuller, dalam Hall &
Lindzey, 1993).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 RIWAYAT HIDUP
Sebelum kita membahas lebih dalam tentang konseling
Adlerian alangkah baiknya kalau kita mengetahui dulu tentang riwayat hidup dari
Alfred Adler.
Alfred Adler dilahirkan di Wina
pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga. Ayahnya adalah seorang
pengusaha. Sewaktu kecil Adler merupakan
anak yang sakit-sakitan. Ketika berusia 5 tahun dia nyaris tewas akibat
pneumonia. Pengalaman tidak menyenangkan berkaitan dengan kesehatan inilah yang
kemudian mendorong dirinya untuk menjadi dokter. Adler lulus sebagai dokter
dari Universitas Wina tahun 1895.
Adler memulai karirnya sebagai
seorang optalmologis, tetapi kemudian dirinya beralih pada praktik umum di
daerah kelas bawah di Wina, sebuah tempat percampuran tempat bermain dan sirkus sehingga banyak pasien-nya yang pekerjaannya sebagai pemain
sirkus. Kekuatan dan kelemahan para pemain sirkus inilah yang mengilhami dia
mengembangkan kosep tentang inferioritas dan kompensasi.
Dari praktik umum kedokteran,
Adler selanjutnya beralih pada psikiatri, dan pada tahun 1907 dia bergabung
dengan kelompok diskusi Freud. Kemampuan menonjol yang ada pada Adler
menghantar dirinya menjadi ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina (Vienesse
Analitic Society) dan ko-editor dari terbitan organisasi ini.
Meskipun Adler oleh Freud
dipercaya untuk memimpin organisasi
psikoana-lisis bukan berarti Adler selalu sependapat dengan Freud. Dia berani
mengkritik pandangan-pandangan Freud. Perbedaan pandangan-pandangan Adler dan Freud yang tidak bisa mencapai
titik temu kemudian ditindak lanjuti dengan perdebatan antara pendukung kedua
tokoh tersebut yang berakhir dengan keluarnya Adler bersama 9 orang
pendukungnya dari organisasi psikoanalisis. Mereka kemudia mendirikan organisasi
yang mereka beri nama The Society for Free Psychoanalysis pada tahun 1911 dan
tahun berikutnya organisasi ini namanya berubah menjadi The Society for
Individual Psychology (Boeree, 2005 : 149)
2.2 DEFINISI KONSELING ADLERIAN
Teori konseling Adlerian didasarkan pada teori
psikologi individual yang dikembangkan oleh Alfred Adler dan
pengikut-pengikutnya. Adler pada awalnya adalah murid Freud dan seorang
psikoanalisis yang kemudian memisahkan diri karena berbeda pendapat dengan
Freud dalam beberapa hal. Salah satu pandangan Freud yang tidak disetujui oleh
Adler adalah peran aspek biologis dan fisiologis sebagai determinan penting
pada perilaku dan perkembangan manusia. Meskipun Adler memiliki pandangan yang
sama dengan Freud berkenaan dengan pengalaman anak-anak sebagai determinan
perkeembangan perila kemudian, namun ia lebih memperluasnya dengan cara
menambahkan determinan lain seperti pengaruh konteks social, dinamika keluarga
dan pengasuhan anak.
Dalam perkembangannya, teori ini
disebut konseling Adlerian, yakni teori yang dikembangkan oleh Adler bersama
dengan pengikut-pengikutnya. Teori ini menekankan pada keutuhan (unity) dan
keunikan individual. Pemahaman terhadap perilaku dan perkembangan manusia harus
dimulai dengan memahami tujuan dan dorongan-dorongan perilakunya, konstelasi
keluarga, dan gaya kehidupannya. Teori ini menekankan pada minat social dan
tujuan hidup manusia, serta pada analisis kesadaran. Berdasarkan karakteristik
tersebut teori Adlerian digambarkan sebagai bersifat socio-teleo-analytic.
2.3 PERSPEKTIF HISTORIS
Konseling Adlerian di kembangkan oleh Alfred Adler
dan para pengikutnya berdasarkan teori psikologi individual Adler. Pada awalnya
Adler adalah murid Freud yang kemudian memisahkan diri bersama- sama dengan
murid Freud yang lain, Carl G Jung, karena tidak sependapat dengan dengan
beberapa konsep teortik freud khususnya tentang seksualitas dan determinan
biologis atau genetik Jung sendiri juga mengembangkan suatu teori psikologi
yang agak berbeda dengan Freud, yang ia beri nama psikologi analitik. Antara
teori Freud dan Adler memiliki perbedaan dalam beberapa hal. Teori freud
memusatkan perhatian pada psikodinamika individual pada individu-individu
neurotik, sedangkan Adler lebih memusatkan perhatian pada bidang sosial dan politikdan
masyarakat umum.
Pandangan Adler menekankan pada kebulatan
kepribadian ( unity of personality ) yang menegaskan bahwa manusia hanya dapat
di pahami sebagai suatu entitas yang lengkap dan utuh. Pandangan ini mendukung
sifat keterahan perilaku ( pada tujuan tertentu ), yang menegaskan bahwa apa
yang ingin dituju atau di capai oleh manusia adalah lebih penting daripada apa
yang di tinggalkan atau darimana mereka berasal. Adler juga memandang manusia
sebagai ciptaan dan pencipta kehidupannya sendiri: dalam arti bahwa setiap
manusia mengembangkan gaya hidup yang unik untuk mencapai tujuan tertentu. Gaya
hidup tersebut juga sebagai ekspresi dari tujuan yang ingin dicapainya. Dengan
kata lain, apa yang terjadi pada diri kita merupakan hasil ciptaan ( tindakan )
kita sendiri dan bukan hasil dari bentukan pengalaman masa kanak-kanak.
Adler meninggal pada tahun 1973, tetapi ajaarannya
masih terus di lanjutkan dan di sebar luaskan oleh Rudolph Dreikus di kawasan
Amerika Serikat, khususnya penerapan di dunia pendidikan. Konseling individual,
konseling dan kelompok dan konseling keluarga. Minat terhadap ajaran Adler
mulai muncul dan berkembang ketika banyak lembaga masyarakat maupun institusi
nasional dan internasional menawarkan pelatihan dalam teknik-teknik Adlerian (
Corey, 1985). Bahkan pada tahun 1977, terdapat suatu organisasi Adlerian di beberapa Negara seperti Austria,
Denmark, Prancis, Jerman, Inggris, Junani, Israel, Italia, Swiss, dan Amerika (
Manester & Corsini, 1982 ).
2.4 KONSEPSI TENTANG MANUSIA
Adler meyakini bahwa individu
memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan inferior.
Inferiorita bagi Adler diartikan sebagai perasaan lemah dan tidak cakap dalam
menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Inferiorita merupakan suatu perasaan
yang menggerakkan orang untuk berjuang menjadi superiorita.
Pada tahun 1908, Adler (Hall
& Lindzey, 1993) telah mencapai kesimpulan bahwa agresi lebih penting dari
pada seksualitas. Kemudian impuls agresi itu diganti dengan ‘hasrat akan
kekuasaan’. Adler mengidentifikasikan kekuasaan dengan sifat maskulin dan
kelemahan dengan sifat feminim. Pada tahap pemikiran inilah dia mengemukakan
ide tentang ‘protes maskulin’, yaitu suatu bentuk kompensasai berlebihan yang
dilakukan baik oleh pria maupun wanita, juga mereka merasa tidak mampu dan
rendah diri. Kemudian, Adler menggantikan ‘hasrat akan kekuasaan’ dengan
‘perjuangan ke arah superioritas yang tetap dipakainya untuk seterusnya. Jadi,
ada tiga tahap dalam pemikiran Adler tentang tujuan final manusia, yaitu
menjadi agresif, menjadi berkuasa, dan menjadi superior.
Superioritas menurut Adler
merupakan suatu gerak yang mengarahkan manusia ke jenjang yang lebih sukses,
terutama kesuksesan dalam konteks sosial. Hal ini kemudian diistilahkannya
dengan ‘perjuangan menjadi sukses’, suatu perjuangan yang dilandasi oleh
motivasi sosial yang kuat yang telah berkembang sebelumnya. Adler menegaskan
bahwa perjuangan ini pada dasarnya merupakan bawaan, bahwa ia menjadi bagian
internal dari hidup, bahkan merupakan hidup itu sendiri. Lebih lanjut, dia
berasumsi bahwa semua perjuangan tersebut-meski memiliki motivasi yang
berbeda-, tetapi semuanya diarahkan menuju tujuan final (final goal).
2.5 POKOK-POKOK TEORI
Sistem
teori konseling Adlerian lebih menekankan pada determinan sosial dalam
membentuk perilaku, alih-alih faktor –faktor biologis. Pendekatan Adler juga
dikatakan bersifat teleologis. Pandangan teleologis ini mengimplikasikan bahwa
manusia merupakan makhluk sosial yang termotivasi oleh dorongan-dorongan untuk
mencapai tujuan tertentu yang memiliki dimensi sosial. Berikut ini akan di
paparkan dua aspek penting dalam teori konseling Adlerian yang meliputi
pandangan tentang sifat dasar manusia dan sistem teori secara garis besar.
1. Pandangan
tentang sifat dasar manusia
Seperti halnya Freud, Adler juga
mengakui pentingnya masa lima tahun pertama kehidupan dalam mempengaruhi
perkembangan manusia. Namun, meskipun ia mengakui bahwa faktor-faktor biologis
dan fisiologis memberikan arahan pada
perkembangan, individu juga memiliki kemampuan bawaan untuk mengarahkan dirinya
sendiri. Bagi Adler, faktor bawaan dan pengalaman awal kurang penting
dibandingkan dengan “ apa yang dilakukan oleh individu pada dirinya. “
Seligman, 2001: 78). Adler memiliki keyakinan bahwa semua perilaku selalu
terarah pada suatu tujuan ( goal Directed ) dan bahwa manusia dapat menyalurkan
perilakunya dalam cara-cara yang mendorong perkembangan. Bagi Adler apa yang
penting bagi manusia adalah mencapai keberhasilan dan menemukan makna
kehidupan. Upaya ke arah itu menjadi faktor penentu perkembangan.
Adler juga memandang manusia
sebagai memiliki dorongan untuk menjadi
orang yang berhasil. Adler juga memiliki keyakinan bahwa perilaku manusia harus
dipelajari dari sudut pandang yang holistik. Pada usia antara 4-5 tahun,
anak-anak sudah memiliki kesimpulan umum tentang hidup dan cara yang “ terbaik”
untuk menghadapi masalah hidup. Mereka mendasarkan kesimpulan itu pada persepsi
yang biasa tentang peristiwa-peristiwa dan interaksi yang terjadi atau berlangsung
disekelilingnya dan kemudian membentuk suatu landasan bagi gaya hidupnya(
Lifestyl ). Gaya hidup ini bersifat unik pada setiap individu dan
mempresentasikan pola-pola perilaku yang akan menjadi dominan di sepanjang
kehidupannya. Gaya hidup ini jarang sekali dapat berubah tanpa adanya
intervensi dari orang lain. Konstelasi keluarga dan urutan kelahiran memberikan
pengaruh yang kuat pada pembentukan gaya hidup ini.
Adler juga memandang manusia
memiliki minat sosial yang bmenjadi barometer bagi mental yang sehat (
Adler,1938,1964 : dalam Thompson, Rudolph,&Henderson,2004). Minat sosial di
konseptualisasikan sebagai suatu bentuk perasaan terhadap dan kooperasi dengan
orang lain, suatu perasaan untuk memiliki dan terlibat dengan orang lain untuk
mencapai tujuan-tujuan umum kemasyarakatan.
2. Sistem
teori
a.
Teori
Adler diklasifikasikan ke dalam perspektif fenomenologis
Meskipun
Adler adalah seorang psikodinamik,namun teori psikoindividualnya dapat
dimasukkan ke dalam perspektif fenomenologis. Karakteristik fenomenologis ini
tampak dari pandangan Adler yang menekankan pentingnya persepsi subyektif
individu terhadap realita. Bagi Adler kerangka acuan internal atau persepsi
subyektif individu lebih penting daripada realitas obyektif. Dalam hal ini
Adler melihat setiap orang adalah individu yang unik dan hanya dengan memahami
persepsi subyektif individu tentang lingkungan, logika pribadi, gaya hidup, dan
tujuan hidupnya maka kita dapat sepenuhnya memahami siapa jati diri individu
tersebut. Inilah esensi psikologi individual Adler. Kita juga dapat memahami
teori konseling Adlerian dari konsep-konsep Adler tentang rasa percaya
diri,konstelasi keluarga, gaya hidup, dan minat sosial. Berikut adalah uraian
tentang konsep-konsep tersebut.
b.
Teori
Adlerian bersifat Holistik
Pendekatan Adlerian didasarkan
pada suatu pandangan holistik tentang
manusia. Kata individual dalam konstruk “ psikologi individual” bukan
mengimplikasikan bahwa pendekatan ini memusatkan perhatian pada individu. Tetapi
memandang individu sebagai satu kesatuan (unity) yang dalam hal ini
diidentikkan dengan kebulatan ( wholeness). Menurut Adler, manusia tidak bisa
di pisahkan atau di bagi-bagi ke dalam bagian-bagian yang diskrit, dan oleh
karenanya kepribadian merupakan suatu kesatuan ( unified) dan dapat dipahami
hanya jika di pandang sebagai satu kebulatan. Satu implikasi dari pandangan ini
adalah bahwa konseli di pandang sebagai suatu bagian integral dari sebuah
sistem sosial. Konselor Adlerian harus memusatkan perhatian pada fraktor-faktor
interpersonal ( bukan intrapersonal) dan situasi sosial konseli.
c.
Perasaan
rendah diri ( inferioritas ) sebagai determinan perilaku / perkembangan
Perasaan
rendah diri ( inferiority) merupakan satu dimensi dari tahun-tahun awal
kehidupan yang diyakini oleh Adler menjadi faktor yang memainkan peran penting
dalam mempengaruhi perkembangan manusia. Perasaan ini hampir di alami oleh
semua anak. Pada awalnya setiap anak mempersepsi dirinya sebagai entitas yang
begitu kecil dan tak berdaya, khususnya jika dibandingkan dengan orang tua dan
saudara-saudara mereka.
Di
samping perasaan rendah diri, cara-cara yang digunakan oleh anak-anaak
untuk menangani perasaan rendah dirinya
juga menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan
dirinya sebagai contoh, anak yang menangani perasaan rendah dirinya dengan cara
melibatkan dirinya dengan orang lain, membentuk kemampuan, dan membuat pilihan
yang kreatif cenderung lebih dapat mencapai perkembangan yang sehat.
Sebaliknya, anak yang manja dan tidak mau berjuang untuk memperoleh kemampuan
diri cenderung sulit untuk mencapai perkembangan yang positif. Mereka ini
menjadi tak berdaya , tergantung, dan mudah menyerah. Jadi dalam konstrruk
Adlerian, perasaan rendah diri bukan merupakan suatu keadaan yang negatif
tetapi justru menjadi motivasi untuk menguasai lingkungan. Kita berusaha
menangani perasaan rendah dengan menemukan cara-cara yang dapat kita gunakan
untuk mengendalikan kekuatan-kekuatan dalam hidup kita, bukan sebaliknya. Dalam
pandangan Adler stiap manusia memiliki tujuan untuk beralih dari perasaan
inferior menjadi superior.
d.
Ajaran
tentang gaya hidup
Gaya hidup ( life style)
merupakan suatu cara unik yang digunakan oleh setiap individu untuk menangani
perasaan rendah diri dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya. Gaya hidup individu
sebagian dipengaruhi oleh komposisi dan pola interaksi dalam keluarga. Grey (
1998) memandang gaya hidup sebagai suatu yang sangat mendasar dari semua konsep
Adler, dan menggambarkannya sebagai totalitas dari semua sikap dan aspirasi
individu, suatu perjuangan yang mengarahakan individu untuk mencapai tujuan.
Meskipun tujuan tersebut hampir selalu melibatkan superioritas, kompetensi dan
penguasaan, setiap orang memiliki imej ( yang seringkali tidak disadari)
tentang apa yang menjadi tujuannya. Adler menggunakan istilah fictional
finalism untuk menggambarkan tujuan sentral yang diimajinasikan untuk
mengarahkan perilaku. Adler yakin bahwa tujuan ini telah terbentuk dengan kokoh
pada usia antara enam hingga delapan tahun dan akan tetap konstan di sepanjang
kehidupan individu.
e.
Minat
sosial
Dari
perspektif Adler, perkembangan dapat dijelaskan melalui dinamika psikososial.
Tujuan dan gaya hidup individu akan memberikan pengaruh pada cara penyesuaian
dirinya. Individu yang dapat menyesuaikan diri pada umumnya memiliki logika
pribadi yang merefleksikan minat social, sedangkan individu yang kurang
berhasil dalam menyesuiakan diri cenderung lebih mementingkan tujuan mereka
sendiri dan kurang memperhatikan kepentingan konteks sosialdan kebutuhan orang
lain. Individu dipandang memiliki fithrah sebagai makhluk social, yakni entitas
yang peduli dengan konteks social. Jika individu menyadari bahwa dirinya
menjadi bagian dari komunitas manusia, maka perasaan inferior, alinasi , dan
cemas akan menurun pada gilirannya mereka akan mengembangkan perasaan memiliki
dan mencapai kebahagiaan hidup.
2.6 IMPLEMENTASI
DAN APLIKASI
A.
Implementasi
teori adlerian yang meliputi:
1. Tujuan
Konseling
·
Membina hubungan konselor klien
·
Membantu klien
memahami keyakinan – keyakinan perasaan, motivasi dan tujuan yang
menentukan gaya hidupnya
·
Membantu klien mengembangkan wawasan pemahaman (insight) mengenai gaya
hidup dan menyadarkan mereka
·
Reducation
·
Mengembangkan
sosial interest individu dengan interest sosial
2. Proses
Konseling
Konselor adrelian memiliki peran
yang sangat kompleks dan perlu memiliki banyak ketrampilan, berperan sebagai
pendidik, memperkembangkan minat social, dan mengajar klien dengan memodifikasi
gaya hidup, perilaku dan tujuannya serta sebagai seorang analis yang harus
memeriksa kesalahan asumsi dan logika konseli.
3. Teknik
Konseling
Ketrampilan interpersonal yang
meliputi kesanggupan untuk memeberikan perawatan yang tulus, keterlibatan,
empati dan teknik-teknik komunikasi verbal maupun non verbal untuk
mengembangkan hubungan konseling.
Dorongan. Untuk mendorong konseli
konselor perlu memusatkan perhatian pada :
·
Apa
yang dilakukan konseli bukan mengavaluasi perilakunya
·
Perilaku
sekarang bukan perilaku lampau
·
Perilaku
dan bukan pribadi konseli
·
Upaya
dan bukan hasil
·
Motivasi
instrintik dan bukan ekstrintik
·
Yang
dipelajari dan bukan yang tidak dipelajari
·
Apa
yang postif dan bukan apa yang negative
Dorongan yang ditambah
interpretasi dan konfrontasi atau tantangan guna membantu konseli memperoleh
kesadaran tentang gaya hidupnya, mengakui alasan-alasan tersembunyi yang ada
dibalik perilakunya, mengapresiasi konsekuensi negative dari perilaku tersebut,
dan bekerja untuk mencapai perubahan positif.
Konselor terus memainkan peran
aktif untuk mendorong konseli menggunakan pemahamannya guna merumuskan
tindakan-tindakan nyata yang mengarah pada perubahan perilaku atau pemecahan
masalah. Adler juga merekomondasikan konselor untuk bertindak inovatif dan
kreatif dalam memilih menggunakan teknik.
B. APLIKASI
Aplikasinya
disesuaikan dengan tujuan utama dari teori ini.
Psikoterapi
Menurut
Adler (dalam Alwisol, 2004), psikopatologi merupakan akibat dari kurangnya keberanian,
perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang berkembang.
Jadi, tujuan utama psikoterapi adalah meningkatkan keberanian, mengurangi
perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial.
Adler yakin bahwa siapa pun dapat mengerjakan
apa saja. Keturunan memang sering membatasi kemampuan seseorang, dalam hal ini
sesungguhnya yang penting bukan kemampuan, tetapi bagaimana orang memakai
kemampuan itu. Melalui humor dan kehangatan, Adler berusaha meningkatkan
keberanian, harga diri, dan social interest klien. Menurutnya, sikap hangat dan
melayani dari terapis mendorong klien untuk mengembangkan minat sosial di tiga
masalah kehidupan; cinta atau sekual, persahabatan, dan pekerjaan. Pendekatannya tersebut telah
dielaborasi dengan nama Adlerian Breif Therapy (Corey, 2005).
Menggali masa lalu ( Early
Recollection )
Menurut Adler, ingatan masa lalu seseorang selalu konsisten dengan
gaya hidup orang itu sekarang, dan pandangan subyektif orang itu terhadap
pengalaman masa lalunya menjadi petunjuk untuk memahami tujuan final dan gaya
hidupnya.
Mimpi
Gaya hidup juga terekspresikan
dalam mimpi. Adler menolak pandangan freud bahwa mimpi adalah ekspresi
keinginan masa kecil. Menurut Adler, mimpi bukan pemuas keinginan yang tidak di
terima ego tetapi bagian dari usaha si pemimpi untuk memecahkan masalah yang
tidak disenanginya atau masalah yang tidak dapat dikuasainya ketika sadar
Jadi,
bagi Adler mimpi adalah usaha dari ketidaksadaran untuk menciptakan suasana
hati atau keadaan emosional sesudah bangun nanti, yang bisa memaksa si pemimpi
melakukan kegiatan yang semula tidak dikerjakan.
2.7 KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN
A. Kelebihan
1. Keyakinan yang optimistis bahwa
setiap orang dapat berubah untuk mencapai sesuatu ke arah evolus manusia
bersifat positif
2.
Penekanan
hubungan konseling sebagai suatu media untuk mengubah klien
3.
Menekan
bahwa masyarakat tidak sakit atau salah akan tetapi manusianya yang sakit atau
salah.
4.
Menekan
bahwa kekuatan sebagai pusat pendorong prilaku
5. Gagasan
ini banyakmempengaruhi pendekatan – pendekatan lain
6.
Berorientasi
humanistic
7.
Tingkah
lakunya berarah tujuan
8. Lebih
menekankan pada asepek – aspek psikologis sosial
9. Dasarnya
dirancang dalam latar belakang kelompok
10. Konsep
– konsep dasar dan prosedur serta terapnya mudah diikuti
11. Modelnya
dibangun dengan lebih memperdulikan kesesuaiannya untuk menangani orang – orang
normal yang bermasalah dari pada terhadap orang – orang yang menderita psikosa.
B. Kelemahan
1.
Terlalu banyak menekankanpada tilikan intelektual dalam
upaya perubahan
2.
Penekanan yang berlebihan pada pengalaman nilai, minat
subjektif sebagai penentu prilaku
3.
Meminimalkan
factor biologis dan riwayat masa lalu
4.
Terlalu
banyak menekan kan tanggung jawab pada
ketrampilan diagnostik konselor
5.
Dari
segi presesi kemungkinan untuk di tes dan validitas empiriknya pada pendekatan
ini lemah (kurang teliti)
6.
Ada
kecenderungan untuk menyederhanakan secara berlebihan terhadap beberapa masalah
manusia yang kompleks
2.8 ILUSTRASI
KASUS
Kasus ini di contohkan oleh Adler
ketika beliau menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan yakni
menggali masa lalu ( Early recollections) :
Bagaiman
ketika seorang laki-laki yang sangat sukses mencurigai wanita, orang ini
melaporkan ingatan masa kecilnya “ saya pergi ke pasar bersama Ibu dan Adik
laki-laik saya, tiba-tiba turun hujan dan Ibu menggendong saya, kemudian dia
ingat saya yang lebih besar, dia menurunkan saya dan menggendong adik saya “
Adler mengamati ingatan ini berhubungan langsung dengan kecurigaan laki-laki
itu kepada wanita. Mula-mula dia menerima posisi disenangi Ibunya, namun dia
kehilangan posisi itu di rebut adiknya. Walaupun banyak orang mungkin
mengatakan mencintainya mereka cepat menarik cinta itu. Dari kasus di atas,
Adler tidak menganggap pengalaman anak-anak menjadi sebab laki-laki itu
sekarang menjadi mudah curiga kepada perempuan, tetapi justu sebaliknya gaya
hidup mencurigai perempuan sekarang itulah yang membentuk dan mewarnai ingatan
masa lalu.
Klien sangat cemas, sering
memproyeksikan gaya hidupnya sekarang dalam ingatan masa kanak-kanaknya dengan
mengingat peristiwa-peristiwa yang menakutkan, seperti mengalami kecelakaan
sepeda motor, kehilangan orang tua ( sementara/permanen), atau disakiti
temannya.sebaliknya individu yang minat sosialnya sehat, cenderung mengingat
hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya. Pada dua kasus itu, pengalaman
masa lalu tidak menentukan gaya hidup sekarang, tetapi gaya hidup sekaranglah
yang membentuk ingatan masa lalu. Jadi, kalau gaya hidup sekarang dapat diubah,
model peristiwa masa lalu yang di ingatpun akan berubah pula.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dalam perkembangannya, teori ini
disebut konseling Adlerian, yakni teori yang dikembangkan oleh Adler bersama
dengan pengikut-pengikutnya. Teori ini menekankan pada keutuhan (unity) dan
keunikan individual. Pemahaman terhadap perilaku dan perkembangan manusia harus
dimulai dengan memahami tujuan dan dorongan-dorongan perilakunya, konstelasi
keluarga, dan gaya kehidupannya. Teori ini menekankan pada minat social dan
tujuan hidup manusia, serta pada analisis kesadaran. Berdasarkan karakteristik
tersebut teori Adlerian digambarkan sebagai bersifat socio-teleo-analytic.